EVA & RESIDUAL INCOME
BAB
12
EVA
& RESIDUAL INCOME
A. AKUNTANSI
DAN PENILAIAN KERJA
Laporan
keuangan memberikan ikhtisar mengenal keadaan suatu peusahaan , yang disebut
neraca yang mengungkapkan nilai aktiva , utang dan modal pada suatu saat tertentu
, dan laporan laba rugi yang melaporkan hasil-hasil yang dicapai daam satu
periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.
Untuk
mengukur tingkat pengembalian suatu investasi atau modal terdapat beberapa alat
ukur mulai dari ROI (return on invesment ), ROE ( return on equality), EPS
(earning per share ) dan lain-lain.
Indikator
yang paling sering di gunakan selama ini
dalam menilaikinerja adalah ROI. ROI adalah perbandingan antara laba dengan
jumlah investasi .. ROI menggambarkan kemampuan dari modal yang di investasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Perhitungan ROI
didapat dari keuntungan netto sesudah pajak dibagi jumlah aktiva dan hasilnya
berupa presentase . Namun perhitungan ROI dirasakan mempunyai beberapa
kelemahan ;
1.
ROI tidak membawa keadilan bagi sesama pusat pendapatan. Kenaikan ROI belum
tentu berarti bagus bagi para pemegang saham .
2.
banyaknya biaya diluar kendali
3.
Dampak jangka panjang
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama
periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh
kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang
dimiliki (Helfert, 1996).
Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian
atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode
dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya.
Adapun kinerja menurut Mulyadi adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan
oleh organisasi (Mulyadi dan Johny setyawan, 1999).
Penilaaian kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak
semstinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya
diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian
penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Dengan adanya penilaian kinerja, manajer puncak dapat memperoleh dasar yang
obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan
masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan.
Semua ini diharapkan dapat membentuk motivasi dan rangsangan pada masing-masing
bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien. Menurut Mulyadi penilaian
kinerja dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawannya seperti
promosi, pemberhentian, mutasi.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan
kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengeai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi
distribusi penghargaan.
Adapun ukuran penilaian kinerja yang dapat digunakan untuk manilai kinerja
secara kuantitatif (Mulyadi, 1997):
Ukuran
Kinerja unggul.
Adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran penilaian. Dengan
digunakannya hanya satu ukuran kinerja, karyawan dan manajemen akan cenderung
untuk memusatkan usahanya pdada kriteria tersebut dan mengabaikan kriteria yang
lainnya, yang mu seluruah dibandingkan dengan tujuan lain, maka
perusahaan melakukan pembobotan terhadap ukuran
kinerjanya. Misalnya manajer pemasaran diukur kinerjanya dengan menggunakan dua
unsur, yaitu provitabilitas dan pangsa pasar dengan pembobotan masing-masing 5
dan 4. Dengan cara ini manajer pemasaran mengerti yang harus ditekankan agar
tercapai sasaran yang dituju manajer puncak.
Dalam manajemen tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah
ukuran keuangan, karena ukuran keuangan inilah yang dengan mudah dilakukan
pengukurannya. Maka kinerja personil yang diukur adalah hanya yang berkaitan
dengan keuangan, hal-hal yang sulit diukur diabaikan atau diberi nilai
kuantitatif yang tidak seimbang.
Ukuran-ukuran keuangan tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan
perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena adanya beberapa metode pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan yang diakui dalam akuntansi, misalnya depresiasi,
pengakuan kas, metode penentuan laba, dan sebagainya.
Mungkin sama
pentingnya dalam menentukan sukses tidaknya perusahaan atau bagian tertentu.
Ukuran
kinerja beragam.
Adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai
kinerja. Ukuran kinerja beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan
kriteria kinerja tunggal. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran
kriterianya sehingga manajer diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria.
Ukuran
kinerja gabungan.
Dengan adanya kesadaran beberapa kriteria lebih penting bagi perusahaan
secara ke
Ø EVA
dikembangkan oleh Stem Stewart & Co, sebuah
perusahaan konsultan manajemen keuangan di Amerika Serikat. Konsep EVA membuat
perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan dan
menilai kinerja keuangan perusahaan secara adil yang diukur dengan
mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal awal yang ada (Widayanto,1994:188).
Dengan penghitungan EVA diharapkan dapat memperoleh hasil perhitungan pada upaya penciptaan nilai perusahaan (Creating a Firms value) yang lebih realistis. Menurut Kiryanto(1997:125) Nilai bisa diartikan “nilai guna, daya guna maupun benefits yang dinikmati oleh Stakeholders”. Hal ini disebabkan karena EVA dihitung berdasarkan kepentingan kreditur dan terutama para pemegang saham dan bukan berdasar nilai buku yang bersifat historis. Karena seorang investor yang rasional tentu akan mendasarkan keputusannya pada data keuangan yang paling up to date, bukan pada data yang bersifat historis.
Konsep EVA merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan secara adil yang maksudnya konsep EVA memperhatikan sepenuhnya para penyandang dana dalam hai kepentingan, harapan dan derajat keadilan, yang diukur dengan mempergunakan ukuran tertimban (weighted) dan struktur modal awal yang ada (Widayanto, 1993:195). Sedangkan pengertian Economic Value Added menurut Widayanto (1993:115) adalah : EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan setiap penyedia dana (kreditur dun pernegung saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai konsep ongkos modal (cost of capital) karena Nitami memang berangkat dari sini.
Langkah-langkah untuk menentukan EVA (Mikke
Rousana,1997:19) adalah sebagai berikut
1. Menghitung cost of debt
1. Menghitung cost of debt
Biaya
utang (cost of debt) merupakan rate yang harus dibayar oleh perusahaan di
dalam pasar sekarang untuk mendapatkan utang jangka panjang yang baru. Yang dimaksudkan disini adalah utang obligasi
2. Menghitung cost of common stock
dalam pasar sekarang untuk mendapatkan utang jangka panjang yang baru. Yang dimaksudkan disini adalah utang obligasi
2. Menghitung cost of common stock
Perhitungan
biaya modal (cost of equity) dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
pendekatan, antara lain CAPM yang melihat cost of equity sebagai penjumlahan
dari tingkat bunga tanpa resiko dan selisih tingkat pengembalian yang
diharapkan dari portofolio pasar dengan tingkat bungan tanpa resiko dikalikan
dengan resiko yang sistematis perusahaan (nilai beta perusahaan)
3. Menghitung struktur permodalan dari neraca
3. Menghitung struktur permodalan dari neraca
Modal
atau capital merupakan jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk
membiayai perusahaannya yang merupakan penjumlahan dari total utang dan modal
Saham.
4. Menghitung NOPAT
4. Menghitung NOPAT
WACC merupakan
rata-rata tertimbang biaya utang dan modal sendiri, menggambarkan tingkat
pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor . Dengan demikian perhitungannya akan mencakup
perhitungan masing-masing komponennya, yaitu biaya utang (cost of debt), biaya
modal saham (cost of equity), serta proporsi masing- masing di dalam struktur
modal perusahaan.
5. Menghitung tingkat pengembalian (r)
5. Menghitung tingkat pengembalian (r)
6. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang
7. Menghitung EVA
|
Neraca
31
december
|
|
|
2012
|
2013
|
Total aset
|
Rp
1.850.000.000
|
Rp
2.000.000.000
|
-
utang usaha (jangka pendek)
|
Rp
70.000.000
|
Rp
85.000.000
|
-
utang bank jangka panjang
|
Rp
70.000.000
|
Rp
40.000.000
|
-
utang bank jangka panjang
|
Rp
150.000.000
|
Rp
145.000.000
|
-
ekuitas pemegang saham
|
Rp
1.560.000.000
|
Rp
1.730.000.000
|
Total pasiva
/kewajiban
|
Rp
1.850.000.000
|
Rp
2.000.000.000
|
Pada awal tahun 2014 ,
manajemen PT . MiFaSoL, sebuah perusahaan distributor peralatan eletronik yang
berlokasi dijakarta , menyajikan laporan keuangan :







HPP Rp (2.000.000.000)
Laba kotor Rp 1.200.000.000
Biaya Operasi Rp (900.000.000)
Laba usaha sebelum bunga dan pajak Rp 300.000.000
Pendapatan bunga Rp 35.000.000
Biaya Bunga Rp (30.000.000
Laba usaha sebelum pajak Rp 305.000.000
Pajak Penghasilan Rp (91.500.000)
Laba bersih setelah pajak Rp 213.000.000
Berdasarkan data
tersebut jika kinerja PT .MiFaSoL di nilai dengan menggunakan EVA harus di buat
serangkaian langkah berikut :



pendapatan bunga Rp 35.000.000
pendapatan total Rp 335.000.000
Untuk
menghitung NOPAT dengan menggunakan EVA , biaya bunga harus di abaikan sehingga
akan menghasilkan jumlah :
NOPAT = Rp 335.000.000 – (335.000.000 x 30% )
= Rp 234.500.000
= Rp 234.500.000
Untuk menghitung modal rata-rata di gunakan metode
berikut :
Invested capital (awal) =
1.850.000.000 – 70.000.000 = 1.780.000.000
invested capital (akhir) = 2.000.000.000 – 85.000.000 = 1.915.000.000
invested capital (rata-rata) = 1.780.000.000 – 1.915.000.000 = 1.847.000.000
invested capital (akhir) = 2.000.000.000 – 85.000.000 = 1.915.000.000
invested capital (rata-rata) = 1.780.000.000 – 1.915.000.000 = 1.847.000.000
Sedangkan untuk menghitung biaya
modal rata-rata , dgunakan rumus berikut :
Capital
charges =
Invested capital x cost of capital
= Rp 1.847.000.000 x 10%
= Rp 184.750.000
= Rp 1.847.000.000 x 10%
= Rp 184.750.000
Setelah serangkaian langkah tersebut
, baru dapat di hitung EVA dengan menggunakan rumus berikut :
EVA
= NOPAT – Capital Charge
= Rp 234.500.000 – (10% x Rp 1.847.500.000
= Rp 49.750.000
= Rp 234.500.000 – (10% x Rp 1.847.500.000
= Rp 49.750.000
Dari hasil perhitungan tersebut
dapat di ketahui bahwa manajemen PT . MiFaSol menciptakan nilai ekonomi , karen
nilai EVA nya positif yaitu sebesar Rp 49.750.000 .
Ukuran
kinerja
1. Sistem
Ukuran Kinerja
Tujuan
dari sistem ukuran kinerja adalah untuk membantu menerapkan strategi. Untuk
mengimplementasikan atau menerapkan sistem semacam itu, manajemen senior
memilih ukuran-ukuran yang paling mewakili strategi perusahaan. Ukuran-ukuran
ini dapat dilihat sebagai faktor keberhasilan penting ( critical success
factors) masa kini dan masa depan, jika ukuran-ukuran ini membaik, berarti
perusahaan telah mengimplementasikan strategi. Keberhasilan tergantung kepada
kekuatan setiap perusahaan.
Keterbatasan
Sistem Pengendalian Keuangan
Cita-cita
penting dari suatu perusahaan bisnis adalah untuk mengoptimalkan tingkat
pengembalian pemegang saham. Tetapi, mengoptimalkan profabilitas jangka pendek
tidak selalu menajmin tingkat pengembalian yang optimum bagi pemegang saham
karena nilai pemegang saham mencerminkan nilai sekarang bersih (net present
value-NPV) dari perkiraan laba masa depan. Hanya mengandalkan pada
ukuran-ukuran keuangan saja tidaklah cukup dan, faktanya, dapat menjadi
disfungsional karena beberapa alasan.
Pertama,
hal itu dapat mendorong tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan
kepentingan jangka panjang perusahaan. Semakin besar tekanan yang diberikan
untuk mencapai tingkat laba saat ini, semakin besar kemungkinan bahwa manajer
unit bisnis akan mengambil tindakan jangka pendek yang mungkin mengirimkan
produk berkualitas rendah dari pelanggan untuk memenuhi target penjualan, dan
hal ini akan memengaruhi pelanggan dan penjualan masa depan secara negative.
Ini merupakan kesalahan dari pelaksanaan tugas.
Kedua,
manager unit bisnis mungkin tidak mengambil tindakan yang berguna untuk jangka
panjang, guna memperoleh laba jangka pendek. Yang umumnya adalah manager yang
melakukan investasi yang tidak mencukupi dalam penelitian dan pengembangan.
Ketiga,
menggunakan laba jangka pendek sebagai satu-satunya tujuan dapat mendistori
komunikasi antara manager unit bisnis dengan manajemen senior. Jika manager
unit bisnis dievaluasi berdasarkan anggaran laba mereka, mereka mungkin mencoba
untuk menetapkan target laba yang mungkin dicapai, sehingga mengarah pada data
perencanaan yang salah satu untuk seluruh perusahaan karena laba yang
dianggarkan mungkin saja lebih rendah dari yang seharusnya dapat dicapai.
Keempat,
pengendalian keuangan yang ketat dapat memotivasi manager untuk memanipulasi
data. Ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Pada satu tingkat, manager
bisa memilih metode akuntansi yang meminjam dari laba masa depan untuk memenuhi
target periode sekarang. Pada tingkat lain, manager mungkin mengubah data-
yaitu. Dengan sengaja meyediakan informasi yang tidak akurat.
Intinya,
mengandalkan pada ukuran keuangan saja adalah tidak mencukupi untuk memastikan
bahwa strategi akan dilaksanakan dengan sukses. Solusinya adalah untuk mengukur
dan mengevaluasi manager unit bisnis menggunakan berbagai ukuran, baik
nonkeuangan maupun keuangan. Ukuran-ukuran nonkeuangan yang mendukung
implementasi strategi disebut faktor kunci keberhasilan atau indikator kunci
kinerja.
Langkah Perbaikan dan Manfaatnya
Terdapat tiga cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk
meningkatkan EVA dari tahun ketahun, yaitu sebagai berikut:üTingkatkan
keuntungan tanpa menggunakan penambahan modalüMerestrukturisasi pendanaan perusahaan yang dapat
meminimalkan biaya modalnyaüInvestasikan modal pada proyek-proyek denganreturnyang
tinggi.
Kelebihan EVA
1.Bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai
(valuecreation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal,
dan dapat digunakanuntuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggidaripada biaya modal
.2.Manajemen dipaksa untuk
mengetahui berapa the true cost of capital dari bisnisnyasehingga tingkat
pengembalian bersih dari modal yang merupakan hal yang sesungguhnyamenjadi
perhatian para investor dapat diperlihatkan secara jelas.
3.Manajer akan berpikir dan
bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilihinvestasi yang
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biayamodal sehingga
nilai perusahaan dapat dimaksimumkan
4.Jika kinerja suatu pusat
investasi diukiur dengan EVA, maka investasi-investasi yangmenghasilkan laba di
atas biaya modal akan meningkatkan EVA dan oleh karena itu, akanlebih menarik
bagi manajer.
5.Tingkat suku bunga yang
berbeda dapat digunakan untuk jenis aktiva yang berbedapula.
6.EVA dapat menyeleraskan
tujuan manajemen dan kepentingan pemegang sahamdimana EVA digunakan sebagai
ukuran operasional dari manajemen yang mencerminkan
7.EVA memberikan pedoman bagi
manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpatambahan dana/modal, mengekposur
pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikandana yang memberikan imbalan
tinggi.
Kekurangan
EVA
1.
sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat , khususnya biaya modal
sendiri
2.
Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja , sedangkan untuk mengukur
kinerja peeusahaan secara optimun , perusahaan harus di ukur berdasarkan faktor
kuantitatif dan kualitatif .
Ø RESIDUAL
INCOME
residual
income yang
dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai laba residu, seringkali digunakan
dalam aktivitas finansial di dalam sebuah usaha / bisnis.
Pengertian residual income itu
sendiri adalah laba usaha (operating income) yang mampu dihasilkan
sebuah pusat investasi di atas penghasilan (return) minimum
aset-asetnya.
Laba residu = laba usaha bersih –
(tingkat penghasilan minimum dari investasi x aset operasional total). Tingkat
penghasilan (rate of return) minimum seringkali didasarkan pada
rata-rata tertimbang biaya modal (weighted-average cost of capital)
suatu perusahaan.
Contoh kasus
PT
. Sentosa jaya , sebuah perusahaan distributor peralatan eletronik , memiliki 2
divisi , yaitu divi A dan divisi B . divisi A menghasilkan laba Rp.240.00.000
atas investasi sebesar Rp. 1.000.000.000. sedangkan divisi B menghasilkan laba
Rp 800.000.000 atas investasi Rp 5.000.000.000.
jadi , ROI divisi A sebesar 240.000.000 : 1.000.000.000 =24% , sedangkan ROI divisi B sevesar 800.000.000 : 5.000.000.000 = 16%. Walaupun nominal laba yang di peroleh divisi B lebih besar di banding divisi A , tetapi ROI divisi A lbih tinggi daripada divisi B .
jadi , ROI divisi A sebesar 240.000.000 : 1.000.000.000 =24% , sedangkan ROI divisi B sevesar 800.000.000 : 5.000.000.000 = 16%. Walaupun nominal laba yang di peroleh divisi B lebih besar di banding divisi A , tetapi ROI divisi A lbih tinggi daripada divisi B .
Keterangan
|
Target ROI 12%
|
|
Divisi A
|
Divisi B
|
|
Investasi
|
1.000.000.000
|
5.000.000.000
|
Laba usaha
|
240.000.000
|
800.000.000
|
Target penghasilan minimun
|
120.000.000
|
600.000.000
|
Residual
income ( RI )
|
120.000.000
|
200.000.000
|
|
|
|
Divisi
A yang menghasilkan laba usaha Rp 240.000.000 dan ROI sebesar 24% serta target
pengembalian investasi (ROI ) minimal sebesar 12% (12% x 1.000.000.000 = Rp
120.000.000) akan menghasilkan Residual income sebesar Rp 120.000.000 .
sedangkan divisi B yang menghasilkan laba usahasevesar Rp 800.000.000 dan
ROI sebesar 16% serta target
pemgembalian onvestasi minimal sebesar 12% ( 12% x 5.000.000.000=Rp
600.000.000) akan menghasilkan resudual income sebesar Rp 200.000.000.
Perhitungan kinerja dengan RI tersebut menyebabkan prestasi divisi B menjadi
tidak terlalu istimewa dibanding divisi A . Karena dengan jumlah investasi 5
kali lebih banyak di banding dengan divisi A , ternyata divisi B hanya
menghasilkan RI 66% lebih banyak dibanding divisi A .
Keuntungan menggunakan residual income dalam
mengevaluasi kinerja masing-masing divisi meliputi hal-hal berikut ini:
1.
Residual income merupakan laba ekonomis yang
memperhitungkan penghasilan minimum yang harus diperoleh aset.
2.
Tingkat pengembalian (rate of return) minimum dapat
bervariasi, tergantung pada tingkat risiko dari suatu divisi.
3.
Aset yang berbeda mungkin dibutuhkan untuk
memperoleh return yang berbeda tergantung pada risikonya.
4.
Aset yang sama mungkin dibutuhkan untuk memperoleh
return yang sama terlepas dari dalam divisi apa aset tersebut berada.
5.
Dampak dari memaksimalkan dollar ketimbang
memaksimalkan persentase akan menyebabkan keserasian pencapaian tujuan.
Kelemahan
utama dari residual income yaitu
1.
Tidak dapat digunakan untuk membandingkan
divisi-divisi yang berbeda ukurannya.
2.
Residual income cenderung menguntungkan divisi
yang lebih besar karena melibatkan jumlah dollar yang lebih besar.
Ø BIAYA
MODAL ( COST OF CAPITAL )
Pengertian Biaya Modal (Cost O Capital)
Modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasi
perusahaan terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Modal asing merupakan
modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, supplier, dan perbankan.
Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan baik
dari pemilik perusahaan maupun laba yang tidak dibagi
Biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
BAB
13
BALANCED
SCORECARD
Ø LINGKUNGAN
KERJA PERUSAHAAN
Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan
fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan
tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan
sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat.
Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai
keadaan lingkungan sekitarnya. Demikian pula halnya ketika melakukan pekerjaan,
karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan disekitar
tempat mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan,
setiap pegawai akan berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam
lingkungan kerja.
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan kerja merupakan kseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 2001:12).
Menurut Bambang (1991:122), lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pegawai pada saat bekerja, baik berbentuk fisik atau non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan kerja merupakan kseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 2001:12).
Menurut Bambang (1991:122), lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pegawai pada saat bekerja, baik berbentuk fisik atau non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.
Jenis Lingkungan Kerja
Secara
garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu (Sedarmayanti,
2001:21):
a. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan
kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat
kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1.
Lingkungan
kerja yang langsung berhubungan dengan pegawai seperti pusat kerja, kursi,
meja, dan sebagainya.
2.
Lingkungan
perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang
mempengaruhi kondisi manusia misalnya temparatur, kelembaban, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanik, bau tidak sedap, warna dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil
penguruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka langkah pertama harus
mempelajari manusia, baik mengenal fisik dan tingkah lakunya, kemudian
digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
b. Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi
yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun
hubungan dengan sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan.
Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antar tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status yang sama. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri (Nitisemito, 2000:171). Jadi lingkungan kerja non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.
Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antar tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status yang sama. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri (Nitisemito, 2000:171). Jadi lingkungan kerja non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.
Manfaat Lingkungan Kerja
Menurut Ishak dan Tanjung (2003), manfaat lingkungan kerja
adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja
meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan
orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat,
yang artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam
skala waktu yagn ditentukan. Prestasi kerjanya akan dipantau oleh individu yang
bersangkutan, dan tidak akan menimbulkan terlalu banyak pengawasan serta
semangat juangnya akan tinggi
Ø KONSEP
DAN DEFINISI
menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000,
p8), Balanced Scorecard adalah suatu sistem manajemen penilaian dan
pengendalian yang secara cepat, tepat
dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang kinerja
bisnis. Kaplan dan Norton telah memperkenalkan Balanced Scorecard pada tingkat
organisasi enterprise.
Prinsip dasar dari Balanced Scorecard ini adalah titik
pandang penilaian sebuah perusahaan hendaknya tidak hanya dilihat dari segi
finansial saja tetapi juga harus ditambahkan dengan ukuran-ukuran dari
perspektif lainnya seperti tingkat kepuasan pelanggan, proses internal dan
kemampuan melakukan inovasi. Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem
pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan
Balanced Scorecard sebagai sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi
jangka panjang dan menghasilkan proses manajemen seperti:
Memperjelas
dan menerjemahkan visi dan strategi.
• Mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis.
• Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
• Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
BSC membagi strategi dan pengukurannya ke dalam empat perspektif, yaitu keuangan, proses bisnis internal, pelanggan, dan inovasi. Empat perspektif ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, jadi bisa ditambah ataupun diganti.
• Mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis.
• Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
• Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
BSC membagi strategi dan pengukurannya ke dalam empat perspektif, yaitu keuangan, proses bisnis internal, pelanggan, dan inovasi. Empat perspektif ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, jadi bisa ditambah ataupun diganti.
Konsep BSC didasarkan pada asumsi
bahwa efisiensi penggunaan modal investasi tidak lagi menjadi penentu tunggal
untuk keunggulan kompetitif, tapi faktor seperti modal intelektual, penciptaan
pengetahuan atau orientasi pelanggan yang sangat baik menjadi lebih penting.
BSC digunakan untuk berkomunikasi dan mengkoordinasikan deskripsi strategi
bisnis. Kesenjangan antara perencanaan strategis dan operasi bisa dijembatani
dan pencapaian jangka panjang dari tujuan strategis dijamin dengan aplikasi
yang konsisten dan perumusan strategi bisnis yang sebelumnya ditetapkan dalam
empat perspektif BSC. (Figge, Hahn, Schaltegger, dan Wagner, 2002)
Dengan adanya konsep Balanced Scorecard akan terus memelihara arah dan kemajuan perusahaan sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Selain itu Balanced Scorecard akan membantu perusahaan dalam menyelaraskan tujuan dengan satu strategi yang ingin diterapkan, karena Balanced Scorecard membantu mengeliminasi berbagai macam strategi manajemen puncak yang tidak sesuai dengan strategi karyawan dengan cara membantu karyawan untuk memahami bagaimana peran serta mereka dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. (Ciptani, 2000)
Banyak perusahaan menerapkan konsep balanced scorecard untuk meningkatkan kinerja sistem pengukuran. Mereka mencapai hasil yang nyata, tetapi terbatas. Mengadopsi konsep tersebut memberikan klarifikasi, konsensus, dan fokus pada peningkatan kinerja yang diinginkan. Baru-baru ini, kita telah melihat perusahaan memperluas penggunaan balanced scorecard, menggunakan itu sebagai dasar dari suatu sistem manajemen strategi terpadu. Banyak perusahaan menggunakan scorecard untuk :
‐ Mengklarifikasi dan memperbaharui strategi.
‐ Mengkomunikasikan strategi ke perusahaan.
‐ Menyelaraskan tujuan masing-masing unit dan individu dengan strategi
‐ Menghubungkan tujuan strategis untuk target jangka panjang dan budget tahunan.
‐ Mengidentifikasi dan menyelaraskan gagasan strategi
‐ Melakukan tinjauan kinerja secara berkala untuk mempelajari dan meningkatkan strategi
Dengan adanya konsep Balanced Scorecard akan terus memelihara arah dan kemajuan perusahaan sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Selain itu Balanced Scorecard akan membantu perusahaan dalam menyelaraskan tujuan dengan satu strategi yang ingin diterapkan, karena Balanced Scorecard membantu mengeliminasi berbagai macam strategi manajemen puncak yang tidak sesuai dengan strategi karyawan dengan cara membantu karyawan untuk memahami bagaimana peran serta mereka dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. (Ciptani, 2000)
Banyak perusahaan menerapkan konsep balanced scorecard untuk meningkatkan kinerja sistem pengukuran. Mereka mencapai hasil yang nyata, tetapi terbatas. Mengadopsi konsep tersebut memberikan klarifikasi, konsensus, dan fokus pada peningkatan kinerja yang diinginkan. Baru-baru ini, kita telah melihat perusahaan memperluas penggunaan balanced scorecard, menggunakan itu sebagai dasar dari suatu sistem manajemen strategi terpadu. Banyak perusahaan menggunakan scorecard untuk :
‐ Mengklarifikasi dan memperbaharui strategi.
‐ Mengkomunikasikan strategi ke perusahaan.
‐ Menyelaraskan tujuan masing-masing unit dan individu dengan strategi
‐ Menghubungkan tujuan strategis untuk target jangka panjang dan budget tahunan.
‐ Mengidentifikasi dan menyelaraskan gagasan strategi
‐ Melakukan tinjauan kinerja secara berkala untuk mempelajari dan meningkatkan strategi
.
Ø MENGAPA
BALANCED SCORECARD DIBUTUHKAN ?
Dalam
perkembangannya , BSC telah banyak membantu perusahaan berhasil mencapai
tujuannya . BSC memiliki ebberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem
strategi manajemen tradisional. Manajemen tradisisonal hanya mengukur kinerja
organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukura pada
hal-hal yang bersifat tangible . namun, perkembangan bisnis menuntut untuk
mengubah pandangan bahwa hal-hal intangable juga berperan dalam kemajuan organisasi
.BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer
yang terdiri dari 4 perspektif yaitu keuangan , pelanggan , proses bisnis
internal , serta pembelanjaran dan pertumbuhan .
Keunggulan
BSC dalam sistem perencanaan strategs adalah mampu menghasilkan rencana
strategis yang memiliki karakteristik:
Ø EMPAT
PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD
1.
Perspektif Financial menurut
Kaplan (Kaplan, 1996) pada saat perusahaan melakukan pengukuransecara
finansial, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mendeteksikeberadaan
industri yang dimilikinya. Kaplan menggolongkan tiga tahap perkembanganindustri
yaitu; growth, sustain, dan harvest.Dari
tahap-tahap perkembangan industri tersebut akan diperlukan strategi-strategi
yang berbeda-beda. Dalam perspektif finansial, terdapat tiga aspek dari
strategi yang dilakukan suatu perusahaan;
(1)
pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan yang dimiliki suatu organisasi bisnis,
(2) penurunan biaya dan peningkatan produktivitas,
(3) penggunaan aset yang optimal dan strategi investasi.
(2) penurunan biaya dan peningkatan produktivitas,
(3) penggunaan aset yang optimal dan strategi investasi.
2. Perspektif
Customer, dalam
perspektif customer ini mengidentifikasi bagaimana kondisi customer mereka dan
segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan untuk bersaing dengan
kompetitor mereka. Segmen yang telah mereka pilih ini mencerminkan keberadaan
customer tersebut sebagai sumber pendapatan mereka. Dalam perspektif ini,
pengukuran dilakukan dengan lima aspek utama (Kaplan,1996:67); yaitu
o
pengukuran pangsa pasar, pengukuran terhadap besarnya pangsa pasar perusahaan mencerminkan
proporsi bisnis dalam satu area bisnis tertentu yang diungkapkan dalam bentuk
uang, jumlah customer, atau unit volume yang terjual atas setiap unit produk
yang terjual.
o
customer retention, pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya prosentase
pertumbuhan bisnis dengan jumlah customer yang saat ini dimiliki oleh
perusahaan.
o
customer acquisition, pengukuran dapat dilakukan melalui prosentase jumlah penambahan customer
baru dan perbandingan total penjualan dengan jumlah customer baru yang ada.
o
customer satisfaction, pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam teknik diantaranya adalah : survei melalui surat (pos),
interview melalui telepon, atau personal interview.
o
customer profitability, pengukuran terhadap customer profitability dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik Activity Based-Costing (ABC).
3. Perspektif
Proses Bisnis Internal, dalam
perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu
produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan juga para
pemegang saham. Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama
yaitu: proses inovasi, proses operasi, proses pasca penjualan.
4. Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran, Perspektif yang terakhir dalam Balanced Scorecard adalah perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Kaplan (Kaplan,1996) mengungkapkan betapa
pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya,
memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena
dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula
kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif
di atas dan tujuan perusahaan.
Ø BALANCED
SCORECARD SEBAGAI MANAJEMEN STRATEGI
Balanced scorecard sudah berevolusi
dari yang asalnya hanya merupakan sistem pengendalian kinerja, sekarang menjadi
sebuah sistem manajemen stratejik. Kaplan & Norton (Using the Balanced
Scorecard as a Strategic Management System, 1996) Dengan menjadikannya sebagai
sistem manajemen stratejik, balanced
scorecard memiliki empat proses manajemen, yaitu:
1.
Translating the vision, yaitu bahwa balanced scorecard dapat menerjemahkan
visi perusahaan dalam bentuk sasaran strategis yang dikaitkan satu sama lain
dengan strategi maps. Sering kali visi
dan misi perusahaan dibuat dengan bahasa yang kurang membumi, sehingga sulit
dimengerti oleh level operasional. Strategy
maps yang sudah dilengkapi oleh pengukuran kinerja (measures) relatif lebih mudah
dimengerti oleh level operasional.
2.
communicating and linking, proses pembentukan balanced scorecard yang
melibatkan level operasional merupakan proses komunikasi (communicating) strategi perusahaan kepada
level operasional. Selain itu, level operasional juga dapat mengkaitkan
strategi perusahaan dengan pekerjaannya sehari-hari. Selain itu, BSC juga
mengkaitkan insentif perusahaan dengan pengukuran kinerjanya. Dengan pengukuran
kinerja yang sudah dikaitkan dengan strategi perusahaan, ditambah adanya
insentif yang dikaitkan dengan pengukuran kinerja, maka karyawan diharapkan
akan lebih termotivasi untuk menjalankan strategi perusahaan dalam pekerjaannya
sehari-hari. Setiap karyawan akan mengambil bagian dalam implementasi strategi
perusahaan, sesuai dengan peran sertanya dalam organisasi.
3.
Business Planning, karena BSC sudah memiliki framework dalam
proses budgeting agar dapat
terkait dengan strategi. Proses budgeting tetap
digunakan karena ini merupakan tools untuk
mengalokasikan sumber daya perusahaan yang terbatas. Bedanya, budget yang dibangun
dengan framework BSC bukanlah
pusat dari pengukuran kinerja.
4.
Feedback and learning, bahwa BSC memiliki sistem umpan
balik (feedback). Sebuah strategi
bisnis dapat dilihat sebagai hipotesis dari hubungan sebab akibat (Kaplan &
Norton, Using the Balanced Scorecard as a Strategic Management System, 1996).
Hipotesis tersebut haruslah diuji, sehinga terjadi feedback apakah strategi yang
diformulasikan sudah menghasilkan outcome yang
diinginkan atau tidak.
Skema balaced
scorecard sebagai sistem manajemen stratejik adalah sebagai
berikut:
Balanced
Scorecard sebagai sistem manajemen stratejik Sumber: Kaplan & Norton (Using
the Balanced Scorecard as a Strategic Management System, 1996)
Kaplan & Norton (Using the Balanced Scorecard as a
Strategic Management System, 1996) menyatakan bahwa langkah-langkah
pembentukan balanced scorecard sebagai
sistem manajemen stratejik adalah sebagai berikut:
1.
Clarify the vision, yaitu proses menerjemahkan visi perusahaan dalam
bentuk strategi yang dapat lebih mudah dimengerti dan dikomunikasikan. Proses
ini dapat membangun konsensus dan komitmen pada strategi.
2.
Komunikasikan
strategi pada manager tingkat menengah, kemudian buat scorecard pada level unit
bisnis. Setiap unit bisnis menggunakan scorecard pada
level korporat untuk dibuatkan scorecardnya sendiri. Ini merupakan proses communicating and linking.
3.
Eliminasi
investasi yang tidak strategis, kemudian luncurkan program perubahan korporat (corporate change programs).
Proses ini dilakukan ketika unit bisnis mempersiapkan scorecardnya. Ini merupakan
proses business planning.
4.
Eksekutif
pada korporat mereview scorecard yang
dibuat masing-masing unit bisnis. Di sini eksekutif korporat dapat terlibat
dalam membentuk strategi bisnis yang diformulasikan unit bisnis di bawanya.
Langkah ini termasuk proses feedback
and learning.
5.
Refine the vision. Di
sini diidentifikasikan scorecard yang
melibatkan antar unit bisnis yang masih belum tercantum pada scorecard korporat. Ini
sebagai masukan dan perbaikan scorecard korporat.
Proses ini kembali merupakan translating
the vision.
6.
Mengkomunikasikan balanced scorecard kepada
seluruh pihak di perusahan. Kemudian dibuat sasaran kinerja individual yang
sudah dikaitkan dengan scorecard perusahaan.
Langkah ini kembali merupakan proses communicating
and linking.
7.
Meng-update rencana jangka
panjang dan budget. Di sini merupakan
langkah business planning.
8.
Lakukan review secara bulanan dan
kuartalan. Di sini dilakukan pengukuran apakah strategi tersebut sudah
dijalankan dan efektif atau tidak. Sekali lagi ini merupakan proses feedback and learning.
9.
Lakukan
stratejik review secara tahunan. Di
sini dimungkinkan terjadinya review apakah
strategi yang dijalankan efektif atau tidak. Pada proses ini setiap unit bisnis
diminta untuk membangun posisi terhadap isu strategis yang disusun eksekutif,
sehingga dapat melakukan update terhadap
strategi dan scorecardnya.
Proses ini merupakan proses translating
the vision lagi.
10.
Kaitkan
kinerja setiap orang dengan balanced
scorecard. Setiap individu di perusahaan diminta untuk mengkaitkan
sasaran individunya dengan balanced scorecard. Seluruh insentif dan kompensasi
harus dikaitkan dengan scorecard tersebut.
Proses ini merupakan proses communicating
and linking.
a
mewujudkan pertambahankekayaan sebagai berikut
1.
peningktan laba mellui peningkatan penjualan
Tujuan suatu perusahaan didirikan
adalah untuk menciptakan kekayaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan
harus memiliki produk yang dapat dijual kepada masyarakat (pelanggan).
Pelanggan adalah sumber pendapatan perusahaan. Peningkatan penjualan produk
perusahaan kepada pelanggan adalah langkah awal untuk mencapai tujuan
perusahaan.
2.
peningkatan kepuasan pelanggan
Seluruh anggota manajemen suatu
perusahaan harus memahami bahwa alasan keberadaan perusahaan adalah untuk
mewujudkan harapan pelanggan terkait
dengan produk yang dihasilkan.
3.
peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkan cost
effectiviness
Meningkatkan kemitraan yang
menggantungkan antara perusahaan sebagai sebuah badan usaha dan para
karyawannya akan mendorong proses produksi yang efisien serta efektif.
BAB
14
MEMPREDIKSI
POTENSI KEBANGKRUTAN
Kebangkrutan
merupakan suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan karena mengalami kekurangan
dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga
tujuan ekonomi yang harus dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu
profit. Menurut Undang Undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998,
debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan Pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya
sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.
Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti :
1. Kegagalan
ekonomi (economic failure)
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan
uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti
tingkat labanya kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas
perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas
sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang diharapkan,
bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya
historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
2. Kegagalan
keuangan (financial failure)
Kegagalan keuangan bisa diartikan
sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.
Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk :
a. Insolvensi teknis (tehnical insolvency)
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Ø KELANGSUNGAN
USAHA DAN ANCAMAN KEBANGKRUTAN
Keberlangsungan
usaha suatu perusahaan atau biasa dikenal dengan istilah going concern merupakan
asumsi dasar dalam menilai keuangan suatu entitas. Going concern sebenarnya
lebih dari sekedar asumsi akuntansi, going concern merupakan
aspek yang menjadi perhatian utama bagi setiap stakeholder perusahaan. Investor
perlu memastikan keberlangsungan usaha perusahaan untuk memastikan bahwa
investasi mereka tidak terbuang sia-sia. Pemberi pinjaman atau kreditor
berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya. Oleh
karena itu, keberlangsungan usaha sangat terkait dengan dengan kemampuan
perusahaan untuk melunasi utang, membiayai kegiatan operasional atau bisnis
utamanya, dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kebangkrutan
yang dialami oleh PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
disebabkan oleh kegagalan perusahaan dalam melakukan pembayaran utang dan bunga
tepat pada waktunya. Dalam pelajaran Manajemen Keuangan yang kita terima di
masa kuliah, utang dianggap sebagai financial leverage.
Penggunaan financial leverage dalam struktur modal perusahaan
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan laba per lembar saham. Rasionalisasi
seperti ini menyebabkan utang yang dilakukan oleh perusahaan dianggap hal yang
wajar. Perusahaan yang mampu berutang justru dianggap memiliki kondisi keuangan
yang lebih baik dikarenakan utang dianggap sebagai leverage. Utang
tidak dapat dilepaskan dari kegiatan ekonomi perusahaan, sehingga perusahaan
juga dihadapkan pada risiko gagal dalam melunasi utang. Risiko kegagalan
perusahaan untuk melunasi utang bisa berakibat pada vonis pailit dari
pengadilan niaga, hilangnya kepercayaan (investor dan kreditor) serta yang
terburuk, kebangkrutan.
Penelitian
tentang penerapan Altman Z Score dalam memprediksi kebangkrutan di Indonesia
telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain
dilakukan oleh Firmansyah (2013) yang meneliti keandalan model Altman Z Score
pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012. Firmansyah (2013)
menyatakan bahwa Altman Z Score memiliki tingkat akurasi sebesar 59,43% dan
menyarankan kepada investor dan pemberi pinjaman untuk tidak mengandalkan model
Altman Z Score dalam mengambil keputusan. Kurniati (2010) yang melakukan
penelitian pada rentang waktu antara tahun 2004-2008, menyimpulkan bahwa
berdasarkan Altman Z Score terdapat 14 perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI
masuk ke dalam kategori bangkrut. Akan
Penelitian
tentang penerapan model Ohlson O Score pernah dilakukan di Indonesia. Deny
Martin (2012) menyatakan bahwa meskipun Ohlson O Score memiliki kemampuan memprediksi financial
distress sebesar 86,5% akan tetapi nilai tersebut belum mencapai
nilai base model dimana model tersebut dikembangkan, yaitu di
Amerika, Kanada dan China. Dengan kata lain, Ohlson O Score tetapi sampai
dengan 2010, perusahaan tersebut tidak mengalami kebangkrutan. tidak memiliki
kemampuan prediksi yang cukup untuk digunakan sebagai model prediksi
kebangkrutan di Indonesia. Deny Martin (2012) juga yakin bahwa Indonesia
memiliki lingkungan financial distress yang berbeda dengan
negara dimana model Ohlson O Score dikembangkan.
Altman Z
Score dan Ohlson O Score merupakan dua model prediksi kebangkrutan yang
menggunakan input data akuntansi sebagai dasar perhitungan untuk menentukan
kebangkrutan perusahaan. Prediksi kebangkrutan dengan model ini menggunakan
gabungan beberapa rasio keuangan yang diberi bobot. Kemudian, perusahaan
dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu akan bangkrut dan tidak bangkrut.
Model ini menangkap gejala-gejala kebangkrutan yang ditunjukkan oleh laporan
keuangan perusahaan beberapa tahun sebelum perusahaan bangkrut. Salah satu
gejala kebangkrutan tersebut adalah adanya masalah keuangan atau financial
distress yang dihadapi oleh perusahaan. Elloumi dan Gueyie menyatakan
bahwa perusahaan berada dalam financial distress jika laba
bersih perusahaan bernilai negatif dalam dua tahun berturut-turut. Sedangkan
Ross mendefinisikan financial distress sebagai ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Ketidakmampuan ini bisa
dilihat salah satunya dari nilai ekuitas perusahaan. Jika perusahaan memiliki
nilai ekuitas negatif, maka perusahaan berada pada kondisi financial
distress.
Sekarang
mari kita lihat data keuangan PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
beberapa tahun sebelum perusahaan dinyatakan pailit.

Data keuangan di atas menunjukkan bahwa perusahaan sedang tidak berada dalam masalah keuangan. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai ekuitas positif selama dua tahun berturut turut serta perusahaan masih mampu menghasilkan laba pada tahun 2011.
Kebangkrutan
yang mendadak, seperti yang dialami oleh PT. Surabaya Agung Industri Pulp &
Kertas Tbk., menunjukkan gejala ketidaktepatan penggunaan data akuntansi
sebagai satu-satunya sumber data dalam memprediksi kebangkrutan suatu
perusahaan. Vonis pailit diberikan kepada PT. Surabaya Agung Industri Pulp
& Kertas Tbk. karena mereka gagal dalam melunasi utang saat jatuh tempo,
bukan karena tidak terpenuhinya rasio-rasio keuangan yang dijadikan variabel
dalam model Altman Z Score maupun Ohlson O Score.
Setelah mengetahui
kelemahan model prediksi kebangkrutan yang hanya menggunakan data akuntansi,
mari kita lihat bagaimana model prediksi kebangkrutan yang memasukkan elemen
kondisi pasar kedalam model prediksi kebangkrutannya.
Model
KMV-Merton merupakan pengembangan dari model Merton. Merton mengembangkan model
analisis resiko kredit perusahaan berdasarkan pada teori option pricing,
yaitu nilai ekuitas perusahaan diasumsikan sama dengan nilai call
option dari aset perusahaan. Nilai ekuitas perusahaan pada model ini
menggunakan nilai pasar dari saham perusahaan. Model Merton dianggap terlalu
menyederhanakan kondisi dengan menggunakan asumsi bahwa perusahaan akan
bangkrut (default point) ketika nilai aset perusahaan berada dibawah
nilai kewajiban jangka pendek. Oleh karena itu, Oldrich Vasicek dan Stephen
Kealhofer melakukan modifikasi atas asumsi yang digunakan oleh Merton dan
mengembangkan model baru bernama KMV atau sering juga disebut KMV-Merton. Model
KMV-Merton menggunakan rumus berbeda dalam menentukan default point perusahaan
dan menambahkan variabel distance-to-default (DD) untuk
menentukan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Secara umum, model
KMV-Merton memperkirakan nilai aset perusahaan dimasa depan dan menilai
kecukupan aset tersebut untuk melunasi utang perusahaan dengan mempertimbangkan
kondisi pasar dimana perusahaan melakukan bisnis.
Berdasarkan
uraian diatas, saya berkesimpulan bahwa model KMV-Merton memiliki keunggulan
sebagai berikut:
1.
Model
KMV-Merton berfokus pada resiko kegagalan perusahaan dalam membayar utang jatuh
temponya. Model KMV-Merton memperkirakan nilai aset perusahaan dalam beberapa
tahun kedepan dan kecukupan nilai aset tersebut untuk membayar utang jatuh
temponya. Fokus dari pengembangan model ini sama dengan karakteristik kepailitan
di Indonesia.
2.
Dilihat dari
aspek data yang digunakan dalam memprediksi kebangkrutan, model KMV-Merton
menggabungkan penggunaan data akuntansi dan data pasar ke dalam model. Hal ini
merupakan keunggulan dibandingkan dengan model Altman z score dan Ohlson o
Score, dimana kedua model tersebut hanya mengandalkan data historis akuntansi
perusahaan tanpa mempertimbangkan kondisi pasar dimana perusahaan melakukan
bisnis.
Ø PENYEBAB
KEGAGALAN
Terdapat tiga faktor penyebab kebangkrutan atau kegagalan perusahaan yaitu
(Sartono, 1994):
1.
Perusahaan
yang menghadapi technically insolvent, jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi
asset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya.
2.
Perusahaan
yang menghadapi legally insolvent, jika nilai asset
perusahaan lebih rendah daripada nilai utang perusahaan.
3.
Perusahaan
yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar utangnya dan oleh
pengadilan dinyatakan pailit.
Secara umum faktor-faktor penyebab kebangkrutan dijelaskan sebagai berikut
(Reny, 2011:28):
1.
Faktor Ekonomi. Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor
ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa,
kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi uang dalam hubungannya dengan uang
asing serta neraca pembayaran, surplus dalam hubungannya dengan perdagangan
luar negeri.
2.
Faktor Sosial. Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap
kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi
permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan
karyawan.
3.
Faktor Teknologi. Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan
biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan
implementasi yang tidak terencana, sistemnya tidak terpadu dan para manajer
pengguna kurang profesional.
4.
Faktor Pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi
pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang
berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan
lain-lain.
5.
Faktor Pelanggan. Perusahaan harus mengidentifikasi sifat konsumen,
untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang,
menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah
konsumen berpaling ke pesaing.
6.
Faktor Pemasok. Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerjasama
dengan baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi
keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa besar pemasok ini berhubungan
dengan perdagangan bebas.
7.
Faktor Pesaing. Perusahaan juga jangan melupakan persaingan karena
kalau produk pesaing lebih diterima di masyarakat, maka perusahaan akan
kehilangan konsumen dan hal tersebut akan berakibat menurunnya pendapatan
perusahaan.
Penyebab kebangkrutan biasanya merupakan akibat keputusan yang tidak tepat
di masa lalu atau mungkin karena pihak manajemen perusahaan gagal mengambil
tindakan yang tepat pada saat yang dibutuhkan, antara lain dijelaskan sebagai
berikut (Yanuar, 2009:12):
1.
Kredit yang
diberikan pada pelanggan terlalu besar karena persyaratan kredit yang sangat
longgar atau jangka waktu kredit sangat panjang.
2.
Ketidakmampuan
manajemen, sering kali suatu bisnis gagal karena kualifikasi personalia pihak
manajemen yang kurang bagus dan kurangnya kemampuan, pengalaman, keterampilan,
serta kurang inisiatif dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan
perusahaan.
3.
Kekurangan
modal. Jika perusahaan mengalami kerugian operasi juga mengalami kekurangan
modal maka kemungkinan besar perusahaan tidak akan mampu lagi untuk membiayai
operasi dan membayar kewajibannya tepat pada tanggal jatuh tempo.
Ø MANFAAT
INFORMASI KEBANGKRUTAN
Secara umum
pemakai data informasi kebangkrutan bank dapat dikelompokan ke dalam dua
kelompok yaitu: pemakai internal adalah pihak manajemen yang bertanggung jawab
terhadap pengelolaan perusahaan harian (jangka pendek) dan jangka panjang,
sedangkan pemakai eksternal yaitu investor atau calon investor yang meliputi
pembeli atau calon pembeli saham atau obligasi, kreditor atau peminjam dana
bank, dan pemakai lain seperti karyawan, analisis keuangan, pialang saham,
supplier, pemerintah (berkaitan dengan pajak) dan Bapepam (berkaitan dengan
perusahaan yang go publik). Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu
perusahaan akan sangat bermanfaat bagi beberapa kalangan.
Menurut
Hanafi (2000:261) informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk :
a. Pemberi
pinjaman
Informasi
kebangkrutan bisa bermanfaat untuk pengambilan keputusan siapa yang akan diberi
pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk mengambil kebijakan memonitor pinjaman
yang ada.
b. Investor
Investor
saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat
berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan
yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif
akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda–tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c.
Pemerintah
Pada
beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk
mengatasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah mempunyai kepentinganuntuk
melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu
bisa dilakukan lebih awal.
d. Akuntan
Akuntan
mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena
akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
e. Manajemen
Informasi
kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif sehinggga
biaya kebangkrutan bisa dihindari atau dapat diminimalisir.
Ø ALAT
PENDETEKSI KEBANGKRUTAN
suatu
perusahaan didirikan dengan harapan mampu bertahan hidup dalam jangka yang
sangat panjang . terdapat beberapa alat yang digunakan untuk mendeteksi
kebangkrutan . Beberapa alat pendeteksi tersebut dihasilkan dari bebrabgai
penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli yang memiliki perhatian terhadap
kebangkrutan pada berbagai perusahaan didunia . Beberapa alat pendeteksi
kebangkrutan tersebut adalah
1. Altman Z-score
2. Springate Model
3. Zmijewski Model
Ø ANALISIS
ALTMAN Z-SCORE
Altman Z-Score
adalah skor yang ditentukan dari hitungan standart kali rasio - rasio
keuangan yang akan menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
Dengan kata lain Altman Z-Score bisa memprediksi kebangkrutan pada suatu
perusahaan.
Tapi Z-Score tidak dipergunakan untuk perusahaan jenis jasa keuangan atau lembaga keuangan (baik swasta maupun pemerintah). Khusus jenis perusahaan ini memang tidak menggunakan model berbasis neraca. Hal ini karena adanya kecenderungan perbedaan yang cukup besar antara neraca suatu institut keuangan dengan institut keuangan lainnya.
Z-Score = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3+ 0,6X4 + 0,999X5
Dimana :
§ X1 = Modal Kerja terhadap
Total Aktiva
§ X2 = Laba Ditahan
terhadap Total Aktiva
§ X3 = Laba Sebelum Bunga
dan Pajak (EBIT) terhadap Total Aktiva
§ X4 = Nilai Pasar Ekuitas
terhadap Total Nilai Buku Libilitas
§ X5 = Penjualan terhadap
Total Aktiva
Klasifikasi
:
§ Skor Z > 2.99 = Perusahaan
tersebut sehat
§ Skor Z < 1.81 = Perusahaan
tersebut berpotensial bangkrut
§ Skor Z 1.81 < Z < 2.99 = Perusahaan
tersebut dalam zona kelabu (grey area)
Formula Z-Score untuk perusahaan
MANUFAKTUR dan NON MANUFAKTUR dibedakan sbb :
1. Formula Z-Score untuk perusahaan MANUFAKTUR :
Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
2. Formula Z-Score untuk perusahaan NON MANUFAKTUR :
Z-Score =
6,56T1 + 3,26T2 + 6,72T3 + 1,05T4
Contoh penggunaan formula Z-Score untuk laporan ASSII data tahun 2009 :

Dari contoh
diatas dapat dilihat hasil Z-Score ASII yaitu 3,99. Angka tersebut menunjukan
bahwa ASII berada pada posisi cukup aman dari potensi kebangkrutan.
Walaupun
Z-Score ini secara umum cukup bagus dalam melindungi kita dari berinvestasi
pada perusahaan-perusahaan yang berpotensi untuk mengalami kebangkrutan, kita
harus pandai-pandai menafsirkan nilainya apakah relevan dengan nature dengan
kondisi industri di mana perusahaan berada.
Ø ANALISIS
SPRINGATE SCORE
Metode
ini diperkenalkan oleh Gordon L.V. Springate pada tahun 1978. Metode ini
merupakan pengembangan dari metode Altman dengan menggunakan Multiple
Discriminant Analysis (MDA). Pada awalnya,metode ini menggunakan 19 rasio
keuangan populer namun, setelah melakukan pengujian kembali akhirnya Springate
memilih 4 rasio yang digunakan dalam menentukan kriteria perusahaan termasuk
dalam kategori perusahaan yang sehat atau perusahaan yang berpotensibangkrut.
Metode ini memiliki keakuratan 92,5% dengan menggunakan 40 perusahaan sebagai
sampel yang digunakan oleh Springate. Persamaan metode yang dikemukakan oleh
Springate ini adalah (Putra dan Ferlina, 2014) :
Z = 1.03X1+ 3.07X2 +
0.66X3 + 0.4X4
Keterangan:
X1 = Working Capital / Total Assets
X2= Net Profit before Interest and Taxes / Total Assets
X3= Net Profit before Taxes / Current Liabilities
X4= Sales / Total Assets
X2= Net Profit before Interest and Taxes / Total Assets
X3= Net Profit before Taxes / Current Liabilities
X4= Sales / Total Assets
Hasil
akhir berupa nilai Springate dari masing-masing perusahaan akan di kelompokkan
sesuai dengan standart nilai kritis yang ditetapkan Springate sebagai berikut:
a. Jika nilai Springate lebih besar dari 0,862 maka perusahaan masuk dalam
kategori perusahaan sehat b. Jika nilai Springate lebih kecil dari 0,862 maka
perusahaan masuk ke dalam kategori perusahaan tidak sehat atau berpotensi
sebagai perusahaan bangkrut
Contoh kasus :
PT. Harapan jaya adalah sebuah perusahaan distributor
monitor komputer yang beroperasi di Jkarta . perusahaan ini adalh perusahaan
privat yang sahamnya hanya dimiliki oleh beberapa orang . manajemen perusahaan
melihat bahwa kinerja keuangan perusahaan . khususnya kemampuan dalam
menghasilkan laba dalm 4 tahun terakhir mengalami penuruna tajam , seperti
berikut ini
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
Penjualan
|
2.840.000.000
|
3.880.000.000
|
4.630.000.000
|
4.380.000.000
|
Harga pokok
penjualan
|
(1.860.000.000)
|
(2.805.000.000)
|
(3.460.000.000)
|
(3.410.000.000)
|
Laba kotor
|
980.000.000
|
1.075.000.000
|
1.170.000.000
|
970.000.000
|
Beban operasi
|
|
|
|
|
#beban
pemasaran
|
|
|
|
|
-gaji dan komisi wiraniaga
|
42.400.000
|
59.800.000
|
72.000.000
|
60.000.000
|
-gaji staf pemasaran
|
16.800.000
|
20.600.000
|
24.000.000
|
36.000.000
|
-beban iklan
|
84.000.000
|
104.000.000
|
112.000.000
|
102.000.000
|
-beben pengiriman
|
44.800.000
|
55.600.000
|
62.000.000
|
72.000.000
|
|
188.000.000
|
240.000.000
|
270.000.000
|
270.000.000
|
#beban
administrasi &umum
|
|
|
|
|
-gaji direksi
|
218.000.000
|
365.000.000
|
410.000.000
|
390.000.000
|
-gaji karyawan
|
184.000.000
|
174.000.000
|
182.600.000
|
172.600.000
|
-beban listrik dan telepon
|
56.000.000
|
67.000.000
|
72.000.000
|
102.000.000
|
-beban lain-lain
|
18.200.000
|
22.400.000
|
26.000.000
|
21.000.000
|
-beban bunga utang
|
102.300.000
|
162.500.000
|
190.500.000
|
195.500.000
|
|
578.500.000
|
790.900.000
|
881.100.000
|
881.100.000
|
Laba (Rugi )
usaha
|
213.500.000
|
44.100.000
|
18.900.000
|
(181.100.000)
|
Pendapatan
dan beban lai
|
|
|
|
|
-pendapatan bunga
|
18.200.000
|
22.400.000
|
26.000.000
|
26.000.000
|
-rugi selisih kurs
|
(22.400.000)
|
(27.800.000)
|
(32.000.000)
|
(32.000.000)
|
|
(4.200.000)
|
(5.400.000)
|
(6.000.000)
|
(6.000.000)
|
Laba (rugi)
sebelum pajak
|
209.300.000
|
38.700.000
|
12.900.000
|
(187.100.000)
|
Pajak
|
(52.325.000)
|
(9.675.000)
|
(3.225.000)
|
0
|
Laba (rugi )
bersih
|
156.975.000
|
29.025.000
|
9.675.000
|
187.100.000)
|
|
|
|
|
|
Laporan perubahan
ekuitas
Laba ditahan
awal
|
50.000.000
|
106.975.000
|
121.000.000
|
130.675.000
|
Laba usaha
|
156.975.000
|
29.025.000
|
9.675.000
|
(187.100.000)
|
Dividen
|
100.000.000
|
15.000.000
|
-
|
-
|
Laba di tahan
akhir
|
106.975.000
|
121.000.000
|
130.675.000
|
(56.425.000)
|
Laporan posisi keuangan
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
Kas
|
68.175.000
|
125.900.000
|
152.275.000
|
71.000.000
|
Piutang
|
85.400.000
|
198.300.000
|
276.000.000
|
47.000.000
|
Persediaan
|
143.000.000
|
84.850.000
|
70.000.000
|
40.050.000
|
Surat berharga
|
60.000.000
|
70.000.000
|
40.000.000
|
20.000.000
|
Perlengkapan kantor
|
11.800.000
|
13.300.000
|
17.000.000
|
7.000.000
|
Total asset lamcar
|
368.375.000
|
492.350.000
|
555.275.000
|
185.050.000
|
Peralatan kantor
|
56.300.000
|
192.100.000
|
210.000.000
|
200.000.000
|
Kendaraan
|
234.400.000
|
356.800.000
|
680.000.000
|
480.000.000
|
Bangunan
|
300.400.000
|
326.000.000
|
375.400.000
|
375.400.000
|
Tanah
|
180.000.000
|
180.000.000
|
180.000.000
|
180.000.000
|
Total aset tetap
|
771.100.000
|
1.055.700.000
|
1.445.400.000
|
1.235.400.000
|
Total aset
|
1.139.475.000
|
1.548.050.000
|
2.000.675.000
|
1.420.450.000
|
Utang usaha
|
47.500.000
|
116.050.000
|
201.000.000
|
191.875.000
|
Utang bank
|
160.000.000
|
192.000.000
|
524.000.000
|
140.000.000
|
Wesel bayar
|
75.000.000
|
99.000.000
|
105.000.000
|
105.000.000
|
Total utang jangka
pendek
|
282.500.000
|
407.050.000
|
830.000.000
|
436.875.000
|
Utang bank
|
200.000.000
|
330.000.000
|
340.000.000
|
340.000.000
|
Obligasi
|
200.000.000
|
340.000.000
|
350.000.000
|
350.000.000
|
Total utang jangka
panjang
|
400.000.000
|
670.000.000
|
690.000.000
|
690.000.000
|
Modal saham
|
350.000.000
|
350.000.000
|
350.000.000
|
350.000.000
|
Laba ditahan
|
106.975.000
|
121,000.000
|
130.675.000
|
(65.425.000)
|
Ekuitas
|
456.975.000
|
471.000.000
|
480.675.000
|
293.575.000
|
Total kewajiban dan
ekuitas
|
1.139.475.000
|
1.548.050.000
|
2.000.675.000
|
1.420.450.000
|
|
|
|
|
|
Memprediksikeberlangsungan dengan metode springate
score
Modal
kerja dihitung dengan cara mengurangkan total aset lancar dengan total
kewajiban lancar yang dimilikinya ( aset lancar- utang lancar) . EBIT diperoleh
dengan menambahkan lab (rugi) bersih dengan jumlah pajak yang dibayar dan
jumlah bunga yang dibayar (lab bersih+ pajak +bunga) . EBT di peroleh dengan
menambahkan laba (rugi) bersih dengan jumlah pajak yang dibayar (laba bersih +
pajak )
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
Modal
kerja
|
85.875.000
|
85.300.000
|
(274.725.000)
|
(251.825.000)
|
EBIT
|
311.600.000
|
201.200.000
|
203.400.000
|
8.400.000
|
EBT
|
209.300.000
|
38.700.000
|
12.900.000
|
(187.100.000)
|
Berdasarkan data selama 4 tahun tersebut , jika digunakan
rumus springate score akan dihasilkan nilai sebagai berikut :
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
X1
|
0,0753637
|
0,0551016
|
-0,1373162
|
-0,1772854
|
X2
|
0,2734593
|
0,1299700
|
0,1016657
|
0,0059136
|
X3
|
0,7408850
|
0,950743
|
0,0155422
|
-0,4282690
|
X4
|
2,4923759
|
2,5063790
|
2,3142190
|
3,0835299
|
Z
|
2,4030789
|
1,5210631
|
1,1066234
|
0,7863053
|
Hasil penilaian Z selama 4 tahun tersebut harus
dibandingkan dengan tolok ukur nilai yang dihasilkan oleh rumus springate score
yang akan menghasilkan prediksi kebangkrutan perusahaan ini.
Z > 0,862 = Perusahaan sehat
Z < 0.862= perusahaan potensial bangkrut
Ø ANALISIS
ZMIJEWSKI SCORE
Menurut
Zmijewski ini mengkritik metode pengambilan sampel yang digunakan pendahulunya.
Menurutnya, teknik matched-pair sampling cenderung memunculkan bias dalam hasil
penelitian oleh karena itu Zmijewski menggunakan teknik random sampling dalam
penelitiannyamensyaratkan satu hal yang krusial. Proporsi dari sampel dan
populasi harus ditentukan di awal, sehingga didapat besaran frekuensi
kebangkrutan. Frekuensi kebangkrutan dapat diperoleh dengan membagi jumlah
sampel yang mengalami kebangkrutan dengan jumlah sampel keseluruhan. Sampel
yang digunakan berjumlah 840 perusahaan, terdiri dari 40 perusahaan yang
mengalami kebangkrutandan 800 yang tidak mengalami kebangkrutan. Metode
statistik yang digunakan sama dengan yang digunakan Ohlson, yaitu regresi
logit.
Dengan
menggunakan metode tersebut, menghasilkan metode sebagai berikut (Nurcahyanti,
2015):
Z = -4,3 – 4,5X1+ 5,7X2
+ 0,004X3
Keterangan:
X1 = ROA
X2 = Leverage
X3 = Liquidity
X2 = Leverage
X3 = Liquidity
Hasil
akhir berupa nilai Zmijewski dari masing-masing perusahaan akan di kelompokkan
sesuai dengan standart nilai kritis yang ditetapkan Zmijewski sebagai berikut
(Romadhona, 2013): a. Semakin besar nilai Zmijewski (bernilai positif) maka
berpotensi dikatakan sebagai perusahaan yang bangkrut b. Semakin kecil nilai
Zmijewski (bernilai negatif) Jika nilai Springate lebih kecil bernilai negatif
maka dikategorikan sebagai perusahaan yang sehat
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, dan Hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah “AKuntansi Manajemen” ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai aktiva tetap berwujud
dan aktiva tetap tak berwujud. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun
ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang lain. Sebelum nya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.
Penulis
Halo, semuanya, tolong, saya dengan cepat ingin menggunakan media ini untuk membagikan kesaksian saya tentang bagaimana Tuhan mengarahkan saya kepada pemberi pinjaman yang benar-benar mengubah hidup saya dari kemiskinan menjadi seorang wanita kaya dan sekarang saya memiliki kehidupan yang sehat tanpa tekanan dan kesulitan keuangan,
BalasHapusSetelah berbulan-bulan mencoba mendapatkan pinjaman di internet dan saya telah ditipu dari 400 juta, saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman dari kreditor online yang sah dalam kredit dan tidak akan menambah rasa sakit saya, jadi saya memutuskan untuk meminta saran kepada teman saya tentang bagaimana cara mendapatkan pinjaman online, kami membicarakannya dan kesimpulannya adalah tentang seorang wanita bernama Mrs. Maria yang adalah CEO Maria Loan. Perusahaan
Saya mengajukan jumlah pinjaman (900 juta) dengan suku bunga rendah 2%, sehingga pinjaman yang disetujui mudah tanpa stres dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena fakta bahwa itu tidak memerlukan jaminan untuk transfer. pinjaman, saya hanya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari dua jam uang pinjaman telah disetorkan ke rekening bank saya.
Saya pikir itu lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya telah dikreditkan dengan jumlah 900 juta. Saya sangat senang bahwa akhirnya Tuhan menjawab doa saya dengan memesan pemberi pinjaman saya dengan kredit saya yang sebenarnya, yang dapat memberikan hati saya harapan.
Terima kasih banyak kepada Ibu Maria karena telah membuat hidup saya adil, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Ibu Maria dengan baik melalui Email (mariaalexander818@gmail.com) ATAU Via Whatsapp (+1 651-243 -8090) untuk informasi lebih lanjut tentang cara mendapatkan pinjaman Anda,
Jadi, terima kasih banyak telah meluangkan waktu Anda untuk membaca tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar Tuhan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda.
Nama saya adalah kabu layu, Anda dapat menghubungi saya untuk referensi lebih lanjut melalui email saya: (kabulayu18@gmail.com)
Terima kasih semua.
Halo, semuanya, tolong, saya dengan cepat ingin menggunakan media ini untuk membagikan kesaksian saya tentang bagaimana Tuhan mengarahkan saya kepada pemberi pinjaman yang benar-benar mengubah hidup saya dari kemiskinan menjadi seorang wanita kaya dan sekarang saya memiliki kehidupan yang sehat tanpa tekanan dan kesulitan keuangan,
BalasHapusSetelah berbulan-bulan mencoba mendapatkan pinjaman di internet dan saya telah ditipu dari 400 juta, saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman dari kreditor online yang sah dalam kredit dan tidak akan menambah rasa sakit saya, jadi saya memutuskan untuk meminta saran kepada teman saya tentang bagaimana cara mendapatkan pinjaman online, kami membicarakannya dan kesimpulannya adalah tentang seorang wanita bernama Mrs. Maria yang adalah CEO Maria Loan. Perusahaan
Saya mengajukan jumlah pinjaman (900 juta) dengan suku bunga rendah 2%, sehingga pinjaman yang disetujui mudah tanpa stres dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena fakta bahwa itu tidak memerlukan jaminan untuk transfer. pinjaman, saya hanya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari dua jam uang pinjaman telah disetorkan ke rekening bank saya.
Saya pikir itu lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya telah dikreditkan dengan jumlah 900 juta. Saya sangat senang bahwa akhirnya Tuhan menjawab doa saya dengan memesan pemberi pinjaman saya dengan kredit saya yang sebenarnya, yang dapat memberikan hati saya harapan.
Terima kasih banyak kepada Ibu Maria karena telah membuat hidup saya adil, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Ibu Maria dengan baik melalui Email (mariaalexander818@gmail.com) ATAU Via Whatsapp (+1 651-243 -8090) untuk informasi lebih lanjut tentang cara mendapatkan pinjaman Anda,
Jadi, terima kasih banyak telah meluangkan waktu Anda untuk membaca tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar Tuhan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda.
Nama saya adalah kabu layu, Anda dapat menghubungi saya untuk referensi lebih lanjut melalui email saya: (kabulayu18@gmail.com)
Terima kasih semua.