ANGGARAN LABA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 LATAR
BELAKANG 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 ANGGARAN
LABA DAN PERAN PENTINGNYA 5
2.2 FORMAT
DASAR 6
2.3 METODE A
POSTERIORI 9
2.4 METODE A
PRIORI 10
2.5 METODE
PRAGMATIS 11
BAB III PENUTUP 16
3.1
KESIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Anggaran
adalah rencana rinci untuk memperoleh dan menggunakan sumber daya keuangan dan
lainnya selama periode waktu tertentu. Ini merupakan rencana untuk masa depan
yang diungkapkan dalam istilah kuantitatif formal. Tindakan mempersiapkan
anggaran disebut penganggaran. Penggunaan anggaran untuk mengendalikan kegiatan
perusahaan disebut kontrol anggaran.
Perencanaan
jangka panjang dan kontrol yang sering bingung, dan kadang-kadang istilah ini
digunakan sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa mereka berarti hal yang sama.
Sebenarnya, perencanaan dan pengendalian adalah dua konsep yang sangat berbeda
Perencanaan meliputi pengembangan obyek dan menyiapkan berbagai anggaran untuk
mencapai anggaran.. Kontrol melibatkan langkah yang diambil oleh manajemen
untuk meningkatkan kemungkinan bahwa tujuan yang ditetapkan pada tahap
perencanaan tercapai dan bahwa semua bagian organisasi bekerja bersama menuju
tujuan itu. Untuk benar-benar efektif, sistem anggaran yang baik harus
menyediakan perencanaan baik kontrol. Perencanaan yang baik tanpa kontrol membuang-buang
waktu.
Keuntungan dan Kekurangan Anggaran :
Perusahaan menyadari banyak keuntungan / Manfaat dari program penganggaran. Diantara manfaat ini adalah sebagai berikut:
Keuntungan dan Kekurangan Anggaran :
Perusahaan menyadari banyak keuntungan / Manfaat dari program penganggaran. Diantara manfaat ini adalah sebagai berikut:
1. Anggaran
menyediakan sarana mengkomunikasikan rencana manajemen melalui organisasi .
2. Anggaran memaksa manajer
untuk memikirkan dan merencanakan masa depan. Dengan tidak adanya keharusan
untuk mempersiapkan anggaran, mangers banyak akan menghabiskan seluruh waktu
mereka berurusan dengan keadaan darurat sehari-hari.
3. Proses
penganggaran menyediakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya untuk
bagian-bagian dari organisasi di mana mereka dapat digunakan paling efektif
Proses penganggaran dapat mengungkap banyak potensi kemacetan sebelum mereka terjadi.
Proses penganggaran dapat mengungkap banyak potensi kemacetan sebelum mereka terjadi.
4. Anggaran mengkoordinasikan
aktivitas seluruh organisasi dengan mengintegrasikan rencana dari berbagai
bagian organisasi. Penganggaran membantu untuk memastikan bahwa setiap orang
dalam organisasi adalah menarik dalam arah yang sama.
5. Anggaran memberikan
tujuan dan sasaran yang dapat berfungsi sebagai patokan untuk mengevaluasi
kinerja selanjutnya.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 ANGGARAN LABA DAN PERAN PENTINGNYA
Tujuan
didirikannya setiap perusahaan adalah untuk menciptakan kekayaan. Produk
perusahaan adalah segala sesuatu yang menjadi sumber pendapatan perusahaan.
Produk tersebut dapat berupa barang berwujud atau jasa. Jadi, pada dasarnya
produk perusahaan hanya merupakan alat usaha tersebut menjadi faktor penggerak
utama seluruh aktivitas ekonomis yang dilakuakan setiap perusahaan. Anggaran
laba adalah jumlah laba yang ingin diperoleh perusahaan melalui berbagai
aktivitas operasi yang mencakup kegiatan produksi dan penjualan selama suatu
periode tertentu. Laba menjadi fase yang harus dirumuskan para penyusun
anggaran perusahaan sebelum memasuki fase berikutnya, yaitu menetukan anggaran
parsial lainnya.
METODE
Secara umum,
terdapat tiga metode yang dapat digunakan ketika menyusun anggaran laba suatu
perusahaan, yaitu:
1. Metode a
posteriori adalah penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba ditetapkan
sesudah proses penetapan rencana (planning) keseluruhan, termasuk penyusunan
anggaran operasional. Anggaran laba merupakan bagian dari keseluruhan
perencanaan itu sendiri. Laba usaha akan diketahui dengan sendirinnya setelah
anggaran operasional disusun perusahaan. Itu berarti, metode ini menggunakan
anggaran penjualan sebagai titik tolak penyusunan anggaran operasional.
2. Metode a
prori adalah metode penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba ditentukan
terlebih dulu pada awal proses perencanaan (planning) secara keseluruhan.
Berdasarkan jumlah laba yang telah ditentukan tersebut, perusahaan membuat
anggaran komprehensif. Jumlah laba yang ditetapkan pada awal proses perencanaan
akan berpengaruh langsung terhadap seluruh anggaran operasional. Artinya,
metode ini menggunakan anggaran laba sebagai titik tolak penyusunan anggaran
operasional.
3. Metode
pragmatis adalah metode penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba yang
direncanakan ditetapkan berdasarkan standar tertentu yang telah teruji secara
empiris dan didukung oleh pengalaman. Dengan menggunakan tingkat target laba
yang di peroleh dari pengalaman, pengharapan atau perbandingan, pihak manajemen
menetapkan standar laba relatif yang dianggap memadai bagi perusahaannya.
2.2 FORMAT DASAR
Anggaran
laba sebenarnya merupakan gabungan dari anggaran pendapatan dan anggaran biaya,
yaitu rangkuman dari keseluruhan anggaran pendapatan dan anggaran biaya.
Perusahaan manufaktur memiliki struktur biaya dan jenis persediaan seperti
terlihat berikut ini:
A.
Biaya Produksi
1. Biaya bahan
baku langsung
2. Biaya tenaga
kerja langsung
3. Biaya
overhead
Biaya
produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menghasilkan sejumlah produk yang siap dijual
B.
Biaya operasi/ komersial
1. Biaya
pemasaran
2. Biaya
administrasi dan umum
C. Persediaan
Sedangkan
jenis persediaan yang dimiliki perusahaan manufaktur terdiri dari 3 jenis,
yaitu :
1. Persediaan
bahan baku
2. Persediaan
barang dalam proses
3. Persediaan
barang jadi
Langkah berikutnya adalah melihat hubungan antara setiap
jenis biaya, persediaan, dan penjualan. Hubungan antara ketiganya membentuk
format dasar anggaran laba. Gabungan antara biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan overhead akan membentuk biaya produksi. Penjumlahan dari biaya
produksi dengan nilai persediaan awal barang jadi akan menjadi persediaan total
barang jadi. Persediaan total barang jadi tersebut dikurangi dengan nilai
persediaan akhir barang jadi, akan menghasilkan harga pokok penjualan. Harga
pokok penjualan tersebut lalu dikurangi dengan biaya operasi total, yang
merupakan gabungan dari biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum, akan
menghasilkan laba usaha yang dianggarkan. Lebih jelasnya, format dasar anggaran
laba terlihat seperti berikut.
·
Penjualan
|
|
|
Xxxxxxx
|
·
harga pokok penjualan
|
|
|
|
Biaya
bahan baku
|
Xxxx
|
|
|
Biaya
tenaga kerja langsung
|
Xxxx
|
|
|
Biaya
overhead
|
Xxxx
|
|
|
-
biaya produksi
|
|
Xxxxxx
|
|
-
persediaan awal barang jadi
|
|
xxxx
|
|
-
persediaan total barang jadi
|
|
Xxxxxx
|
|
-
persediaan akhir barang jadi
|
|
(xxxx)
|
|
-
harga pokok penjualan
|
|
|
(xxxxx)
|
· laba kotor
|
|
|
Xxxxx
|
-
biaya komersial/ operas
|
|
|
(xxx)
|
· laba usaha
sebelum pajak
|
|
|
Xx
|
Format
anggara laba tersebut adalah format dasar dan paling sederhana dari anggaran
laba . format dasar tersebut dapat dijabarkan dan dikembangkan kedalam formta
yang lebih lengkap, dimana setiap unsur yang terlibat disertai dengan beberapa
data pendukung yang lebih terinci. Tetapi penting untuk dipahami, bahwa format
dasar anggaran tetap menjadi dasar untuk memahami hubungan antara anggaran
penjualan, biaya produksi, dan biaya
operasi serta laba usaha. Karena itu, agar format panjang dapat dipahami dengan
baik, memahami format pendek anggaran laba lebih dulu. Merupakan suatu
keharusan.
Format
anggaran laba
Penjualan
|
|
|
Xxxxxx
|
Harga
pokok penjualan
|
|
|
|
Persediaan
bahan baku awal
|
Xxxxxx
|
|
|
Persediaan
bahan baku
|
Xxxxxx
|
|
|
Persediaan
bahan baku, akhir
|
Xxxxxxxxx
|
|
|
Biaya
bahan baku langsung
|
Xxxxxxxx
|
|
|
Biaya
tenaga kerja langsung
|
|
Xxxxxxxxx
|
|
Biaya
pabrikasi lain:
|
|
Xxxxxxxx
|
|
Biaya
bahan penolong
|
Xxxxxxxx
|
|
|
Biaya
tenaga kerja penolong
|
Xxxxxxxx
|
|
|
Biaya lain
lain
|
Xxxxxxxx
|
|
|
Biaya
pabrikasi total
|
|
Xxxxxxx
|
|
Persediaan
barang dalam proses, awal
|
|
Xxxxxxx
|
|
Persediaan
barang dalam proses,total
|
|
Xxxxxxxx
|
|
Persediaan
barang dalam proses,akhir
|
|
Xxxxxxxxx
|
|
Harga
pokok produksi
|
|
Xxxxxxxxx
|
|
Persediaan
barang jadi,awal
|
|
Xxxxxxxx
|
|
Persediaan
barang jadi,total
|
|
Xxxxxxxxx
|
|
Persediaan
barang jadi,akhir
|
|
Xxxxxxxxx
|
|
Harga
pokok penjualan
|
|
|
Xxxxxxx
|
|
|
|
Xxxxxxx
|
Biaya
operasi
|
|
|
|
Biaya
pemasaran
|
|
Xxxxxx
|
|
Biaya
administrasi dan umum
|
|
xxxxxx
|
|
Biaya
operasi total
|
|
|
Xxxxxxxx
|
Laba
usaha sebelum pajak
|
|
|
Xxxxxxxx
|
Maka dalam penyusunan anggaran maupun laporan
laba rugi perusahaan manufaktur memiliki perbedaan dengan perusahaan jasa dan
perusahaan dagang . susunan laporan laba rugi perusahaan manufaktur, yang
menjadi dasar dalam penyusunan anggaran laba dapat dilihat pada tabel
sebelumnya.
Jadi untuk
menghitung anggaran laba rugi perushaan manufaktur, perusahaan harus mengetahui
besarnya anggaran penjualan, anggaran biaya produksi, dan anggaran biaya
komersial. Untuk mengetahui anggaran biaya produksi, harus dihitung terlebih
dahulu besarnya anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja
langsung, dan anggaran biaya overhead. Setelah diketahui biaya produksi yang
akan dianggarkan, baru ditambhakan
dengan persediaan awal barang dalam proses dan mengurangi dengan biaya
persediaan akhir barangdalam proses. Setelah itu, baru ditambahkan dengan
persediaan awal barang jadi. Hasilnya adalah harga pokok penjualan yang
dianggarkan. Selisih antara penjualan yang dianggarkan dan harga pokok
penjualan yang dianggarkan merupakan laba kototr yang dianggarkan. Laba kototr
yang dianggarkan tersebut lalu dikurangi dengan biaya komersial yang
dianggarkan dan diperoleh laba usaha yang dianggarkan.
2.3METODE A
POSTERIOR
Metode a posteriori adalah metode penyususnan anggaran laba dimana
sejumlah laba ditetapkan sesudah proses penetapan rencana(planning)
keseluruhan, termaksud penyusunan anggaran operasional. Metode ini menggunakan
anggaran penjualan sebagai titik tolak penyusunan anggaran operasional.
Prosedur
penyusunan anggaran laba dimulai dengan menyusun anggaran penjualan, lalu
dilanjutkan dengan anggaran produksi, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya
tenaga kerja langsung, dan anggaran operasi. Setelah seluruh anggaran
operasional tersebut disusun, kemudian digabungkan menurut format anggaran laba
diatas, sehingga akan diperoleh laba dengan sendirinya. Artinya perusahaantidak
menetapkan anggaran laba dari awal penyusunan anggaran, tetapi setelah seluruh
anggaran operasional ditetapkan. Laba yang dianggarkan merupakan hasil dari
seluruh anggaran operasional tersebut.
2.4 METODE A PRIORI
Metode a priori adalah metode
penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba ditentukan pada tahap awal proses
perencanaan (planning) secara keseluruhan. Berdasarkan jumlah laba yang telah
ditentukan, perusahaan membuat anggaran komprehensif. Jumlah laba yang
ditetapkan pada awal proses perencanaan akan berpengaruh langsung terhadap
seluruh anggaran operasional. Itu berarti laba yang dianggarkan menjadi pemandu
dalam menyusun anggaran operasional perusahaan pada priode tersebut. Jadi
metode ini menggunakan anggaran laba sebagai titik tolak penyusunan anggaran
operasional.
Karena pada
dasarnya komponen anggaran laba adalah anggaran penjualan dan anggaran biaya,
maka untuk mengubah anggaran laba sesuai dengan laba yang ditargetkan
perusahaan memiliki beberapa pilihan dan semua terkait dengan kedua komponen
anggaran tersebut, yaitu :
1. mengubah
anggaran penjualan
·
anggaran penjualan terdiri dari 2 unsur utama,yaitu
volume penjualan dan harga jual per unit produk. Untuk mengubah anggaran
penjualan, maka kedua unsur tersebut dapat diubah salah satunya atau keduanya
sekaligus.
·
Jika volume tidak dapat diubah karena berbagai
alasan(misalnya, kapasitas produksi sudah dioptimalkan atau karena permintaan
konsumen yang tidak dapat bertambah), maka yang harus diubah adalah harga jual
per unit produk supaya nilai penjualan total berubah sesuai dengan harapan.
·
Pilihan yang lain adalah mengubah volume penjualan
produk yang direncanakan. Tetapi ketika
menetapkan volume penjualan dalam anggaran penjualan, biasanya perusahaan telah
mempertimbangkan berbagai hal yang terkait. Karena itu, mengubah volume
penjualan demi tercapainya nilai penjualan bukanlah pilihan yang mudah
direalisasikan.
·
Alternatif lainnya adalah menggabungkan kedua hal
tersebut, yaitu mengubah volume penjualan yang diikuti dengan perubahan harga
jual per unit produk. Pilihan ini juga harus mempertimbangkan berbagai hal yang
mungkin akan terjadi mengikuti masing – masing pilihan tersebut. Mengubah kedua
unsur tersebut jelas akan memberikan dampak ganda bagi perusahaan.
2. Mengubah
anggaran biaya
·
Biasanya ketika menyusun anggaran biaya, mulai anggaran
biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya
overhead, dan anggaran biaya operasi, perusahaan sudah berusaha menekan biaya
seefisien mungkin
·
Pada saat perusahaan menghitung kebutuhan bahan baku
perunit produk, tentu saja telah didasarkan pada perhitungan tehnik standar
kebutuhan bahan bakusuatu produk. Mengubah kebutuhan bahan baku akan
berpengaruh langsung terhadap spesifikasi produk.
·
Anggaran biaya tenaga kerja langsung dipengaruhi oleh
tarif biaya tenaga kerja yang ditetapkan. Perusahaan dapat menggunakan tarif
tenaga kerja dengan jumlah dasar jumlah jam kerja langsung, jumlah jam kerja
mesin, volume produk, atau jumlah hari kerja. Dari seluruh metode yang ditetapkan
, perusahaan dapat mempertimbangkan berbagai alternatif yang paling
menguntungkan, tetapi perusahaan dibatasi oleh upah minimum regional(UMR)
berkaitan dengan besarnya upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.
·
Biasanya sebgaian besar anggaran overhead bersifat tetap.
Karena itu, metode penentuan tarif apapun yang digunakan, apakah dasar jam
kerja langsung,jam kerja mesin, maupun metode ABC, relatif tidak akan mengubah
jumlah biaya overhead total. Hal yang dapat berubah adalah biyaa overhead pre
unit produk. Jika perusahaan membuat lebih dari satu jenis produk, perubahan
komposisi per unit produkmemang akan mempengaruhi biaya produksi per unit
produk.
3. Mengubah
anggaran penjualan dan anggaran biaya sekaligus
·
Perubahan jumlah volume penjualan akan berpengaru
langsung terhadap volume produksi. Jika volume produksi berubah, maka biaya
produksi total akan berubah, dan biaya produksi perunit juga dapat berubah.
2.5 METODE PRAGMATIS
Metode
prahmatis adalah metode penyusunan anggaran laba, dimana jumlah laba yang
direncanakan ditetapkan berdasarkan standar tertentu yang telah teruji secara
empritis dan didukung oleh pengalaman.
Dengan
menggunakan tingkat target laba yang diperoleh dari pengalaman,pengharapan,
atau perbandingan, pihak manajemen menetapkan standar laba relatif yang
dianggap memadai bagi perusahaannya.
Menyusun
anggaran laba dengan metode pragmatis dapat dimulai dengan dengan menetapkan
laba yang ingin diraih terlebih dahulu, kemudian menyusun anggaran operasional,
atau dimulai dengan menyusun anggaran penjualan terlebih dahulu dan d iikuti
dengan menyusun anggaran operasional lainnya yang berujung pada anggaran laba.
Titik tolak penyusunan anggaran didasarkan pada pengalaman, perbandingan, atau
standar tertentu yang dianggap layak bagi perusahaan.
Jadi perbedaan utama metode
pragmatis dan metode a pasteriori serta metode a priori bukanlah pada titik
tolak penyusunan anggaran laba. Jika titik tolak anggaran laba menurut metode a
pasteriori dimulai dengan volume penjualan yang disusul dengan anggaran operasional
lainnya, maka metode pragmatis memiliki kesamaan dengan metode a pasteriori.
Jika titik tolsk anggaran laba menurut
metode a priori dimulai dengan laba yang ditargetkan terlebih dahulu, yaitu
disusul anggaran operasional lainnya, maka metode pragmatis memiliki kesamaan
dengan metode a priori. Perbedaan utama pragmatis dan metode a posteriori serta
a priori adalah dari mana munculnya jumlah atau nilai rupiah yang menjadi titik
tolak penyusunan seluruh anggaran tersebut. Metode pragmatis menetapkan laba
yang ditargetkan untuk dicapai bedasarkan pengalamanan sebelumnya, atau dari
laba rata-rata industri. Jika metode pragmatis menggunkan volume penjualan
sebagai titik tolak penyusunan anggaran, maka biasanya hal itu didasarkan pada
data volume penjualan tahun – tahun sebelumnya, atau berdasarkan pangsa pasar
rata –rata yang dimiliki perusahaan. Kalaupun terjadi lonjakan penetapan titik
tolak bandingkan tahun – tahun sebelumnya, biasanya tetap didasarkan pada data
historis tertentu. Lonjakan target laba yang ditetapkan untuk suatu priode
tertentu biasanya didasarkan pada pertumbuhan pangsa pasar perusahaan beberapa
tahun sebelumnya. Itu berarti, penyusunan anggaran laba menurut metode
pragmatis menggunakan pengalaman empiris atau harapan tertentu berdasarkan
pengalaman empiris perusahaan.
Latihan 6.1
PT
RAKINDO adalah produsen rak buku yang
berlokasi diMalang-Jawa Timur pada akhir tahun 2013, perusahaan ini menyusun anggaran operasional
untuk tahun 2014. Dari anggaran operasional yang telah disusun, dapat diringkas
beberapa hal penting sebagi berikut : perusahaan berencana menjual 5300 unit
rak dengan harga jual sebesar Rp. 300.000 per unit, sehingga nilai penjualan
dianggarkan sebesar Rp. 1.590.000.000, biaya bahan baku dianggarkan sebesar Rp
776.500.000, biaya tenaga kerja langsung dianggarkan sebesar 152.000.000 dan
biaya overhead dianggarakan sebesar Rp 148.000.000 , sedangkan biaya operasi
dianggarkan sebesar Rp. 198.000.000untuk biaya pemasaran dan sebesar Rp.
90.500.000untuk biaya administrasi dan umum pada akhir tahun 2014, diperkirakan
nilai persediaansebesar Rp. 73.500.000 berdasarkan data tersebut jika
perusahaan menyusun anggaran laba pada tahun 2014 dengan menggunakan metode a
posteriori akan menghasilkan laba sebesar Rp. 296.500.000seperti terlihat
berikut :
penjualan
|
|
|
1.590.000.000
|
·
Harga
pokok penjualan
|
|
|
|
Biaya bahan baku
|
776.500.000
|
|
|
Biaya tenaga kerja langsung
|
152.000.000
|
|
|
Biaya overhead
|
148.000.000
|
|
|
Biaya
produksi
|
|
1.076.500.000
|
|
Persediaan
awal barang jadi
|
|
73.500.000
|
|
Persediaaan
total barang jadi
|
|
1.150.000.000
|
|
Persediaan
akhir barang jadi
|
|
125.000.000
|
|
Harga
pokok penjualan
|
|
|
1.025.000.000
|
·
Laba kotor
|
|
|
565.000.000
268.500.000
|
Biaya
komersial/ operasi
|
|
|
|
·
Laba usaha
dianggarkan
|
|
|
296.500.000
|
Jika perusahanaan menganggarkan laba usaha sebesar
Rp.400.000.000 untuk tahun 2010, maka
anggaran yang telah disusun dengan menggunakan metode a posteriori tidak dapat
mencapai laba yang ditargetkan. Karena itu , beberapa kompenen dalam anggaran
laba harus diubah agar laba yang telah ditargetkan tercapai. Jika menurut
penilaian perusahaan seluruh biaya yang dianggarkan, mulai dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead, hingga biaya operasi
telah mencapai tingkat yang sangat menaikkanharga jual(dalam jumlah yang
dianggap pantas) dianggap tidak akan mempengaruhi permintaan terhadap produk
perusahaan, maka alternatif tersebut apat digunakan supaya target laba yang
telah ditetapkan tercapai.
Seperti terlihat dalam anggaran
penjualan, komponen dari anggaran penjualan adalah penjualan dan biaya (HPP dan
biaya operasi). Selisih antara penjualan dan biaya total akan menghasilkan laba
usaha yang dianggarkan. Jika biaya total tidak diubah, sedangkan laba usaha
dinaikkan , maka biaya total ditambah dengan laba usaha akan menghasilkan nilai
penjualan total. Nilai penjualan total harus dibagi dengan volume penjualan
yang dianggarkan akan menghasilkan harga jual prodk yang baru.
Keterangan
|
Anggaran
lama
|
Anggaran
baru
|
Penjualan
|
1.590.000.000
|
?
|
HPP
|
1.025.000.000
|
1.025.000.000
|
Biaya
operasi
|
268.500.000
|
268.500.000
|
Laba usaha
|
296.500.000
|
400.000.000
|
Untuk
memperoleh nilai penjualan yang baru dengan target laba sebesar Rp.
400.000.000, nilan penjualan tersebut adalan penjumlahan dari HPP, biaya operasi,
laba usaha. Itu berarti nilai penjualan yang dianggarkan adalah :
Nilai
penjualan = 1.025.000.000 + 268.500.000 + 400.000.000
= Rp. 1.639.500.000
Dengan bilai
penjualan yang dianggarkan sebesar Rp. 1.639.500.000 dan jumlah produk yang
dijual sebesar 5.300 unit, maka harga jual produk yang baru adalah Rp.
319.528.3. harga jual yang baru telah dibulatkan menjadi Rp. 320.000.000 per unit. Dan
perusahaan menganggap kenaikan harga jual sebesar Rp. 200.000 per unit dari
harga jual sebelumnya tidak akan berpengaruh negatif terhadap permintaan
konsumen terhadap produk tersebut.berdasarkan pertimbangan tersebut , maka
nilai penjualan yang baru adalah
Nilai penjualan
= Rp. 320.000 x 5.300 unit
= 1.696.000.000
Berdasarkan
harga jual dan nilai penjualan yang baru, anggaran laba yang baru dapat disusun
sebaga berikut
Anggaran
laba tahun 2014 (metode a priori)
penjualan
|
|
|
1.696.000.000
|
·
Harga
pokok penjualan
|
|
|
|
Biaya bahan baku
|
776.500.000
|
|
|
Biaya tenaga kerja langsung
|
152.000.000
|
|
|
Biaya overhead
|
148.000.000
|
|
|
Biaya
produksi
|
|
1.076.500.000
|
|
Persediaan
awal barang jadi
|
|
73.500.000
|
|
Persediaaan
total barang jadi
|
|
1.150.000.000
|
|
Persediaan
akhir barang jadi
|
|
125.000.000
|
|
Harga
pokok penjualan
|
|
|
1.025.000.000
|
·
Laba kotor
|
|
|
671.000.000
268.500.000
|
Biaya
komersial/ operasi
|
|
|
|
·
Laba usaha
dianggarkan
|
|
|
402.500.000
|
Dengan harga jual yang telah dinaikkan dari
harga semula sebesar Rp. 300.000 perunit menjadi 320.000 per unit dengan volume
penjualan 5.300 per unit. Akan diperoleh nilai penjualan sebesar
Rp.1.696.000.000 dengan harga pokok penjualan sebesar Rp. 1.025.000.000 akan diperoleh laba kotor yang
dianggarkan sebesar Rp. 671.000.000.
karena biaya operasi dianggarkan sebesar Rp. 268.500.000, maka akan dihasilkan
laba usaha sebesar 401.500.000. itu berarti, target laba yang ditetapkan
sebesar Rp. 400.000.000 dapat dicapai.
BAB 3 PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Perbedaan utama pragmatis dan metode a posteriori serta a
priori adalah dari mana munculnya jumlah atau nilai rupiah yang menjadi titik
tolak penyusunan seluruh anggaran tersebut. Metode pragmatis menetapkan laba
yang ditargetkan untuk dicapai bedasarkan pengalamanan sebelumnya, atau dari
laba rata-rata industri. Jika metode pragmatis menggunkan volume penjualan
sebagai titik tolak penyusunan anggaran, maka biasanya hal itu didasarkan pada
data volume penjualan tahun – tahun sebelumnya, atau berdasarkan pangsa pasar
rata –rata yang dimiliki perusahaan. Kalaupun terjadi lonjakan penetapan titik
tolak bandingkan tahun – tahun sebelumnya, biasanya tetap didasarkan pada data
historis tertentu. Lonjakan target laba yang ditetapkan untuk suatu priode
tertentu biasanya didasarkan pada pertumbuhan pangsa pasar perusahaan beberapa
tahun sebelumnya. Itu berarti, penyusunan anggaran laba menurut metode
pragmatis menggunakan pengalaman empiris atau harapan tertentu berdasarkan pengalaman
empiris perusahaan.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony,Dearden,Belford,
Management Controll System, 6th Edition, Irwin Inc.
Atkinson,
Banker,Kaplan,Young,Management Accounting,Prentice Hall
International,Inc,Second Edition,1997.
Apandi Nasehatum,Bugdet & Control,
Grasindo, Jakarta, 1999
Blocher, Chen, Lin, Cost
Management : A Strategi Emphasis, The Mcgraw-Hill Companies,Inc, 1999.
Bambang Riyanto, Dasar – Dasar
Pembelanjaan Perusahaan , Penerbit BPFE, Yagyakarta, Edisi Keempat, 1997.
Makasih min, bagus utk referensi pembalajaran
BalasHapus