ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR 2
BAB I
PENDAHULUAN 3
1.1
LATAR
BELAKANG 3
BAB II
PEMBAHASAN 4
2.1 STRATEGI BERBASIS BIAYA 5
2.2 HUBUNGAN DIANTARA BEBERAPA UNSUR 5
2.3 MARJIN KONTRIBUSI 6
2.4 TITIK IMPAS 8
2.5 TITIK IMPAS MULTIPRODUK 10
BAB III
PENUTUP 14
3.1 KESIMPULAN 14
DAFTAR
PUSTAKA 15
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB
1 PENDAHULUAN
Analisis biaya volume
laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan suatu alat yang
sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis
biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang
terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya.
Analisis cvp dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi
cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu
mencari pemecahannya.
Analisis CVP juga
dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus dijual untuk
mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak
kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer
untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai
tingkat harga atau biaya terhadap laba.
Meskipun bab ini
berkaitan dengan mekanika dan terminology analisis CVP, kita harus ingat bahwa
analisis CVP merupakan suatu bagian integral dari perencanaan keuangan dan
pengambilan keputusan. Setiap akuntan dan manajer harus mengenal seluruh
konsep-konsepnya, bukan hanya mekanikanya.
BAB 2 PEMBAHASAN
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
2.1 SRATEGI BERBASIS BIAYA
Manajemen straegis adalah proses yang digunakan
oleh pengelola untuk merumuskan dan mengimplimentasikan strategi dalam
penyediaan costumer value terbaik demi mewujudkan visi organisasi.
Manajemen strategis merupakan upaya pengembangan posisi kompeitif perusahaan
ditengan persaingan.
Sedangkan strategi adalah pola tindakan utama
yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi, melalui misi. Strategi adalah
pola tindakan utama yang dipilih untuk mencapai tujuannya, dan strategi yang
akan diwujudkan dalam tindakan spesifik, apabila dicapai akan memberikan
keunggulan kompetitif yang diharapkan.
Ada begitu banyak strategi yang dapa digunakan
oleh perusahaan. Diantaranya berbagai konsep strategi yang ada, salah satunya
adalah konsep strategi kompetitif yang menekankan pada keunggulan biaya (cost
leadership)
Keunggulan biaya (cost leadership)adalah strategi kompetitif yang menyebabkan
perusahaan sukses dengan membuat produk atau jasa pada biaya yang paling rendah
dalam industri. Perusahaan menghadapi perusahaan pesaing dengan cara membuat
produk pada biaya yang paling rendah. Cost leader akan menghasilkan laba
yang cukup pada harga yang rendah, sehingga membatasi pertumbuhan persaingan
dalam industri melalui keberhasilan perang harga dan merusak profitabilitas
pesaing.
2.2 HUBUNGAN DI ANTARA BEBERAPA UNSUR
Analisis biaya-volume-laba adalah metode analisis untuk melihat hubungan
antara besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan dan besarnya volume penjualan
serta laba yang diperoleh selama satu periode tersebut.
Analisis biaya-volume-laba sangat membantu
manajer perusahaan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan fungsinya.
Analisis ini membantu manajer untuk melihat hubungan diantara 5 unsur berikut
ini?
1.
Harga produk yaitu harga yang ditetapkan selama satu periode
tertentu secara konstan.
2.
Volume atau tingkat akivitas yaitu banyaknya produk yang dihasilkan dan
direncanakan akan dijual selama suatu periode tertentu.
3.
Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan
secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
4.
Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik selama suatu
periode tertentu.
5.
Bauran produk yang dijual yaitu proporsi relatif produk-produk perusahaan
yang akan dijual.
Untuk melihat hubungan diantara kelima unsur
tersebut, terdapat beberapa asumsi yang ahrus digunakan ketika melihat hubungan
antara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
1.
Harga jual produk yang
konstan dalam cakupan yang relevan . ini berarti harga jual setiap unit produk
tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan.
2.
Biaya bersifat lincar dalam
rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat menjadi unsur biaya
tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah
biaya tetap total juga harus konstan.
3.
Dalam perusahaan multiproduk,
bauran penjualannhya tidak berubah.
4.
Jumlah unit yang diproduksi
sama dengan jumlah unit yang dijual. Ini berarti jumlah persediaan tidak
berubah.
2.3 MARJIN KONTRIBUSI
Marjin kontribusi adalah selisih antara niali penjualan dengan
biaya variabelnya. Jumlah tersebut akan digunakan untuk menutup biaya tetap dan
menghasilakan laba periode tersebut. Semakin besar marjin kontribusi yang
diperoleh perusahaan dari setiap unit yang dijualnya, semakin cepat perusahaan
menutup biaya tetapnya dan mencapai laba yang diinginkan.
jika perusahaan telah menjual sampai jumlah
tertentu dimana seluruh biaya tetapnya dapat ditutup, maka pada volume
penjualan selanjutnya perusahaan tinggal memperoleh laba usaha.
®
Ilustrasi 3.1 berikut ini mungkin dapat memperjelas
keterangan sebelumnya:
PT. Mebelindo Pratama
memproduksi meja komputer sebanyak 10.000 unit per tahun. Setiap unit meja
dijual dengan harga Rp750.000. Untuk memperoduksi seluruh meja tersebut
dibutuhkan biaya tetap sebesar Rp900.000.000, sedangkan biaya variabel setiap
unit produksi adalah Rp300.000.
Dengan harga jual sebesar Rp750.000 per unit
dan biaya tetap tersebu sebesar Rp900.000,
perusahaan akan mengeluarkan biaya variabel sebesar Rp300.000 jika hanya
dijual meja komputer sebanyak 1 unit. Hal ini akan mengakibatkan perusahaan
memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp450.000. tetapi karena menanggung biaya
tetap sebesar Rp900.000.000, perusahaan akan mengalami kerugian sebesar
Rp899.550.000.
Jika penjualan dinakikkan menjadi 10 unit,
perusahaan akan memperoleh pendapatan penjualan produk sebesar Rp7.500.000, dan
biaya variabel sebesar Rp3.000.000 harus dikeluarkan, yang akan mengakibatkan
perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp4.500.000. tetapi karena perusahaan
harus menanggung biaya tetap sebesar Rp900.000.000, maka perusahaan harus
mengalami kerugian sebesar Rp895.500.000.
Keterangan
|
Volume
|
||||
1 unit
|
10 unit
|
100 unit
|
1000 unit
|
1500 unit
|
|
Penjualan
|
750.000
|
7.500.000
|
75.000.000
|
750.0000.000
|
1.125.000.000
|
Biaya variabel
|
300.000.000
|
300.000.000
|
300.000.000
|
300.000.000
|
300.000.000
|
Marjinal kontribusi
|
450.000
|
4.500.000
|
45.000.000
|
450.000.000
|
675.000.000
|
Biaya tetap
|
900.000.000
|
900.000.000
|
900.000.000
|
900.000.000
|
900.000.000
|
Laba (rugi) usaha
|
899.550.000
|
895.500.000
|
855.000.000
|
450.000.000
|
225.000.000
|
Jika penjuala dinaikkan lagi menjadi 100 unit,
perusahaan akan memperoleh pendapatan penjualan produk sebesar Rp75.000.000 dan
biaya variabel sebesar Rp30.000.000 harus dikeluarkan, yang akan mengakibatkan perusahaan
memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp45.000.000. tetapi karena perusahaan
harus menanggung biaya tetap sebesar Rp900.000.000, maka perusahaan harus
mengalami kerugian sebesar Rp855.000.000
Jika penjualan dinaikkan lagi menjadi 1000
unit, perusahaan akan memperoleh pendapatan penjualan produk sebesar
Rp750.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp300.000.000 harus dikeluarkan, yang
mengakibatkan perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp450.000.000.
tetapti karena perusahaan harus menanggung biaya etap sebesar Rp900.000.000,
maka perusahaan harus mengalami kerugian sebesar Rp450.000.000.
Bahkan saat penjualan dinaikkan menjadi 1.500
unit, perusahaan masih harus mengalami kerugian sebesar Rp225.000.000 walaupun
marjin kontribusi yang diperoleh adalah Rp675.000.000.
Tetapi pada saat penjualan mencapai volume
2.000 unit, perusahaan memperoleh pendapatan penjualan sebesar Rp1.500.000.000
dan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp600.000.000, sehingga memperoleh
marjin kontribusi sebesar Rp900.000.000. karena harus menanggung biaya tetap
sebesar Rp900.000.000, maka pada volume ini perusahaan tidak mengalami rugi
tetapi juga tidak memperoleh laba sama sekali. Artinya volume ini merupakan
batas penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pada saat penjualan diatas 2.000 unit, setiap
sumbangan marjin kontribusi per unit berarti merupakan sumbangan terhadap laba
perusahaan. Atau setiap tambahan marjin kontribusi diatas Rp900.000.000 berarti
tambahan terhadap laba usaha sebesar jumlah yang sama.
Misalkan pada saar penjualan sebanyak 2.001
unit, perusahaan akan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp900.50.000
sehingga akan memperoleh laba usaha sebesar Rp450.000. ketika penjualan
mencapai 2.100 unit, perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar
Rp945.000.000 dan itu berarti laba usaha sebesar Rp45.000.000. pada saat
penjualan mencapai 5.000 unit, perusahaan akan memperoleh marjin kontribusi
sebesar Rp2.250.000.000 dan itu berarti terjadi laba usaha sebesar
Rp1.350.000.000. ketika 10.000 unit produk terjual, perusahaan akan memperoleh
marjin kontribusi sebesar Rp4.500.000.000 dan diperoleh laba usaha sebesar
Rp3.600.000.000.
Dari
ilustrasi tersebut jelas bahwa setiap perubahan volume penjualan akan diikuti
dengan perubahan besarnya biaya variabel toal, yang selanjutnya akan
menghasilakn perubahan perolehan marjin kontribusi. Perubahan marjin kontribusi
akan berdampak langsung pada perubahan perolehan laba usaha perusahaan.
2.4 TITIK IMPAS
Anggaran penjualan adalah rencana kerja yang berkaitan
dengan aktivitas penjualan perusahaan selama suatu periode tertentu. Rencana
kerja tersebut disusun berdasarkan beberapa asumsi, seperti daya beli
masyarakat, selera konsumen, dan sebagainya. Perubahan asumsi akan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan merealisasikan anggaran penjualan
tersebut. Keberhasilan atau kegagalan perusahaan untuk mencapai target
penjualan akan berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan perusahaan dalam
mencapai tujuan akhir, yaitu memperoleh laba yang optimal.
Karena itu wajib bagi perusahaan untuk
mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar tidak mengalami
kerugian. Sarana untuk mengetahui volume penjualan minimal tersebut adalah
dengan menggunakan analisis titik impas.
Titik impas adalah volume penjualan yang harus dicapai agar
perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba sama
sekali. Titik impas tersebut dapat diketahui dengan membagi antara total biaya
tetap dengan rasio margin kontribusi, yang dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Biaya tetap dalam rumus tersebut adalah seluruh
biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan untuk membuat keseluruhan produk selama
suatu periode tertentu. Sedangkan biaya variabel adalah biaya per unit dan
penjualan adalah harga jual per unit produk. Dari hasil perhitungan tersebut
akan diketahui volume tertentu yang merupakan nilai penjualan minimum yang
harus dicapai, agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Jadi
ketika titik impas tercapai, perusahaan telah mampu menutup seluruh biaya tetap
yang dibebankan selama periode tersebut beserta biaya variabel yang harus
dikeluarkan untuk volume produk pada titik impas.
®
Ilustrasi 3.2
PT. Warna Kita adalah
produsen zat pewarna kain. Kapasitas produksi perusahaan ini dalam sau tahun
adalah 1.200 ton at pewarna. Untuk menghasilkan produk dengan volume tersebut,
dikeluarkan biaya tetap sebesar Rp360.000.000. sedangkan biaya variabel total
yang dibutuhkan adalah Rp1.080.000.000. harga jual zat pewarna tersebut adalah
Rp1.500.000 per ton.
Berdasarkan data tersebut, jika dihitung dari
titik impasnya, maka harus dihitung terlebih dahulu biaya variabel per ton zat
pewarna. Biaya variabel total untuk memproduksi 1.200 ton zat pewarna adalah
Rp1.080.000.000. sehingga biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi satu
ton zat pewarna adalah Rp900.000 yaitu dari hasil membagi Rp1.080.000.000
dengan 1.200 at pewarna.
Kemudian, dari data yang telah tersedia dapat
dihitung volume titik impasnya, yaitu :
![]() |

900.000

1.500.000
= Rp 900.000.000
Jumlah sebesar Rp900.000.000 itu merupakan
nilai penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi
sekaligus merupakan nilai penjualan yang mengakibatkan perusahaan belum
memperoleh keuntungan. Untuk mengetahui volume penjualan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian, bagi nilai penjualan dengan harga jual setiap unit produk
tersebut

Harga
Jualan Per Unit Produk

Rp.
1.500.000
=
600 ton
Itu berarti volume titik impas dalam ilustrasi
tersebut dapat diketahui dengan membagi Rp900.000.000 dengan Rp1.500.000,
sehingga diperoleh angka sebesar 600 ton. Jadi PT. ABC harus mencapai penjualan
minimal sebesar 600 ton zat pewarna agar tidak mengalami kerugian.
Bukti:
Laba =
Pnjualan – Biaya Total
= Penjualan – Biaya Tetap –
Biaya Variabel
= (600 ton x Rp1.500.000) –
360.000.000 – (600 ton x 900.000)
=900.000.000 – 360.000.000 –
540.000.000
=0
Jadi pada saat menjual produknya sebanyak 600
ton, perusahaan memperoleh laba sebesar nol. Jadi agar tidak mengalami
kerugian. Perusahaan harus menjual minimal 600 ton zat pewarna. Pada volume
penjualan 600 ton ini seluruh biaya tetap sebesar Rp360.000.000 telah ditutup.
2.5 TITIK IMPAS MULTIPRODUK
Untuk perusahaan yang memiliki lebih dari satu
jenis produk, maka dalam menghitung titik impas harus terlebih dahulu dihitung
bauran penjualan produknya atau perbandingan volume penjualan antara satu
produk dan produk yang lain. Dengan menggunakan perbandingan volume penjualan
tersebut, dapat dihitung titik impas perusahaan melalui rumus yang sama dengan
rumus sebelumnya. Misalkan suatu perusahaan berencana menjual produk A sebanyak
100 unit, Produk B sebanyak 50 unit, dan produk C sebanyak 25 unit, sehingga
perbandingan volume penjualan antara A : B : C adalah 100 : 50 : 25.
Perbandingan ini dapat diperkecil menjadi 4 : 2 : 1. Artinya, jika perusahaan
berencana menjual A sebanyak 4 unit, maka B akan dijual sebanyak 2 unit dan C
sebanyak 1 unit. Setelah diketahui perbandingan volume penjualan dari
masing-masing produk, angka perbandingan tersebut dikalikan dengan biaya
variabel per unit produk dan harga jual per unit produk.
®
Ilustrasi 3.3
PT. Pelangi Indonesia
memproduksi empat jenis barang yang diberi kode A1, B2, C3, dan D4. Produk
tersebut rencananya akan diproduksi dan dijual dengan komposisi volume 20.000
unit, 15.000 unit, 10.000 unit, dan 5.000 unit
masing-masing untuk A1, B2, C3, dan D4. Sedangkan masing-masing produk
dijual dengan harga per unit sebesar Rp11.000 untuk A1, Rp16.000 untuk B2,
Rp21.000 untuk C3, dan Rp26.000 untuk D4. Untuk membuat seluruh produk tersebut
dengan komposisi volume seperti itu dan dalam kapasitas produksi perusahaan,
dibutuhkan biaya tetap sebesar Rp144.000.000. sedangkan biaya variabel per unit
yang harus dikeluarkan untuk masing-masing produk adalah sebesar Rp7.000 untuk
A1, Rp8.000 untuk B2, Rp11.000 untuk C3, dan Rp14.000 untuk D4.
Seperti terlihat dalam data diatas bahwa
masing-masing produk rencananya akan akan dijual sebanyak 20.000 unit A1,
sebanyak 15.000 unit B2, sebanyak 10.000 unit C3, dan sebanyak 5.000 unit D4.
Kemudian data tersebut, jika diringkas akan terlihat seperti tabel berikut ini
:
Keterangan
|
A1
|
A2
|
A3
|
A4
|
Harga jual per unit
|
11.000
|
16.000
|
21.000
|
26.000
|
Biaya variabel per unit
|
7.000
|
8000
|
11.000
|
14.000
|
Jadi, titik impas perusahaan dapat dihitung
dengan rumus titik impas biasa, yaitu memperhitungkan perbandingan volume
penjualan antara satu produk yang lain, seperti terlihat berikut ini :

Biaya
variabel

Penjualan

(20.000 x 7.000)+ (15.000 x
8.000) + (10.000 x 11.000) + (5.000 x
14.000)

(20.000
x 11.000)+ (15.000 x 16.000) + (10.000 x 21.000) + (5.000 x 26.000)
= 144.000


800.000.000
Itu berarti titik impas akan tercapai pada saat
penjualan mencapai nilai Rp320.000.000. Titik impas dalam unit akan tercapai
dengan membagi nilai titik impas dalam rupiah dengan harga jual gabungan dari
keempat jenis produk, yaitu (20.000x11.000) + (15.000x16.000) + (10.000x21.000)
+ (5.000x26.000) = Rp800.000.000.

800.000.000
= 0,4
paket
Itu berarti titik impas perusahaan akan
tercapai jika masing-masing produk dijual dengan komposisi volume penjualan
sebesar :
A1 = 20.000 X 0,4 = 8.000
unit
B2 = 15.000 x 0,4 = 6.000 unit
C3 = 10.000 x 0,4 = 4.000
unit
D4 = 5.000 x 0,4 = 2.000 unit
Metode Lain :
Jika titik impas dihitung dengan metode
tersebut, akan diperoleh hasil kali perhitungan dengan nilai nominal yang
besar. Untuk menghindari angka yang terlalu besar, dapat digunakan metode lain,
yaitu dengan mencari terlebih dahulu perbandingan antara volume satu
produk dan produk lainnya. Seperti terlihat dalam data sebelumnya bahwa
masing-masing produk direncakan akan dijual sebanyak 20.00 unit A1, sebanyak
15.000 unit B2, sebanyak 10.000 unit C3, dan sebanyak 5.000 unit D4. Itu
berarti perbandingan volume penjualan dari keempat tersebut adalah 20 : 15 : 10 : 5, atau dapat
diperkecil lagi menjadi 4 : 3 : 2 : 1. Volume penjualan yang terkecil harus
menjadi angka 1 sebagai patokan. Kemudian data tersebut, jika diringkas, akan
terlihat seperti pada tabel berikut ini :
Keterangan
|
A1
|
A2
|
A3
|
A4
|
Harga jual per unit
|
11.000
|
16.000
|
21.000
|
26.000
|
Biaya variabel per unit
|
7.000
|
8.000
|
11.000
|
14.000
|
Volume penjualam
|
20.000
|
15.000
|
10.000
|
5.000
|
Perbandingan volume
penjualan
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Jadi, titik impas perusahaan
tersebut dapat dihitung dengan rumus titik impas biasa, yaitu memperhitungkan
perbandingan volume penjualan antara satu produk dan produk lainnya, seperti
terlihat berikut ini :

Biaya
variabel

Penjualan

(4 x 7.000)+ (3 x 8.000) + (2
x 11.000) + (1 x 14.000)

(4
x 11.000)+ (3 x 16.000) + (2 x 21.000) + (1 x
26.000)
= 144.000


160.000.
= 320.000.000
Itu berarti titik impas akan tercapai pada saat
penjualan mencapai nilai Rp320.000.000. titik impas dalam unit akan tercapai
dengan membagi nilai titik impas dalam rupiah dengan harga jual gabungan dari
keempat jenis produk tersebut berdasarkan perbandingan volume penjualannya,
yaitu (4x11.000) + (3x16.000) + (2x21.000) + (1x26.000) = Rp160.000.

160.
000
= 2.000
paket
Itu berarti titik impas perusahaan tersebut
akan tercapai jika masing-masing produk dijual dengan komposisi volume penjual
sebesar :
A1 = 2.000 x 4 = 8.000 unit
B2 = 2.000 x 3 = 6.000 unit
C3 = 2.000 x 2 = 4.000 unit
D4 = 2.000 x 1 = 2.000 unit
Bukti :
Laba = penjualan – Biaya
Total
= Penjualan – Biaya Tetap –
Biaya Variabel
= ((8.000 unit x Rp11.000) +
(6.000 unit x Rp16.000) + (4.000 unit x Rp21.000) + (2.000 unit x Rp26.000) –
144.000.000 – ((8.000 unit x Rp7.000) + (6.000 unit x Rp8.000) + (4.000 unit x
Rp11.000) + (2.000 unit x Rp14.000))
=(88.000.000 + 96.000.000
+84.000.000+52.000.000) – 144.000.000 – (56.000.000 + 48.000.000 + 44.000.000 +
28.000.000)
= 320.000.000 – 144.000.000 –
176.000.000
= 0
Jadi, pada volume penjualan tersebut perusahaan
tidak memperoleh laba sama sekali. Itu juga berarti volume bauran penjualan itu
merupakan volume penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pada volume penjualan tersebut, seluruh biaya tetap perusahaan sebesar
Rp144.000.000 telah ditutup.
BAB
3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Titik impas (break-even point) adalah titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Untuk
pendapatan sama dengan total biaya, kita focus pada laba operasi. Pertama, kita
akan membahas cara menentukan titik impas, kemudian melihat bagaimana
pendekatan kita dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah unit yang harus
dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan.
Laba operasi (operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban
dari operasional normal perusahaan. Laba bersih (net income) adalah laba operasi dikurangi pajak
penghasilan.
Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan
penjualan dikurangi total biaya variable. pada impas, margin kontribusi sama
dengan beban tetap.
Rasio biaya variable (variable cost ratio) sebesar 60 % pada contoh ini
merupakan bagian dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup
biaya variable. Rasio biaya variable dapat dihitung dengan menggunakan data
total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari dolar penjualan yang
tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan rasio margin kontribusi. Rasio margin kontribusi(contribution margin
ratio) adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup
biaya tetap dan menghasilkan laba
DAFTAR PUSTAKA
Anthony,Dearden,Belford,
Management Controll System, 6th Edition, Irwin Inc.
Atkinson,
Banker,Kaplan,Young,Management Accounting,Prentice Hall
International,Inc,Second Edition,1997.
Apandi Nasehatum,Bugdet &
Control, Grasindo, Jakarta, 1999
Blocher, Chen, Lin, Cost
Management : A Strategi Emphasis, The Mcgraw-Hill Companies,Inc, 1999.
Bambang Riyanto, Dasar – Dasar
Pembelanjaan Perusahaan , Penerbit BPFE, Yagyakarta, Edisi Keempat, 1997.
Lucky Club Casino Site in Nigeria
BalasHapusLucky Club Casino is a popular Nigerian online casino, with over 5 million registered users on its website. This is luckyclub the online casino that you Rating: 4.9 · 123 votes